Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, menjelaskan kondisi ini juga ada kaitannya dengan peradangan dan fibrosis pada ginjal.
"Ketika mengalami fibrosis, artinya ada kegagalan dari respon fungsi penyembuhan dan perbaikan yang ada pada ginjal. Sehingga, progresi menuju gagal ginjal akan semakin cepat," katanya.
Bagaimana Penyandang Diabetes Tahu Risiko PGK?
Dokter Pringgo menjelaskan, penyakit ginjal kronik dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari ringan, sedang, dan berat.
Untuk mengetahui apakah ada risiko komplikasi diabetes ini, seseorang harus melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan kebocoran albuminuria. Karena pada tahap awal, tidak ada gejala yang menunjukkan adanya masalah kesehatan ini.
Bila hasil pemeriksaan kurang dari 15, itu menunjukkan telah terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat dan bahkan gagal ginjal.
Sementara jika kebocoran albuminuria atau protein di urine lebih dari 300 mg/g, itu juga bisa menunjukkan seseorang berisiko ginjal kronik.
"Kalau seandainya tidak ada bocor, fungsi ginjal bagus tiap tahun kita bisa check up. Tetapi kalau mulai ada di antara keduanya, maka kita harus evaluasi 3-6 bulan, paling tidak 3 kali pemeriksaan," kata profesor Suastika.
"Kalau seandainya 2 dari 3 pemeriksaan ada kebocoran atau ada penurunan fungsi ginjal, maka bisa tetapkan pasien ini adalah pasien yang mempunyai kelainan ginjal," sambungnya.
Intervensi perlu dilakukan, seperti mengendalikan kadar gula darah. Selain itu, juga pemberian obat untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronik.
Dengan memperlambat progres ginjal kronis, selain fungsi ginjal yang terjaga, jantung pun juga bisa diselamatkan.
Intervensi obat bisa dilakukan dengan Finerenon, obat inovatif yang mampu mencegah munculnya inflamasi dan fibrosis di ginjal. (*)
Baca Juga: Gejala Diabetes yang Muncul di Malam Hari, Tanda-tanda yang Perlu Diperhatikan