GridHEALTH.id - Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik yang bersifat kronik.
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada anggota tubuh pengidap penyakit ini.
Kerusakan pada tubuh akibat gula darah tinggi, dikenal dengan istilah komplikasi diabetes.
Salah satu organ tubuh yang mengalami kerusakan akibat diabetes jangka panjang adalah ginjal.
Seiring waktu, ginjal penyandang diabetes akan kesulitan membuang cairan dan limbah ekstra dari tubuh.
Masalah kesehatan akibat kerusakan atau menurunnya fungsi ginjal adalah penyakit ginjal kronik (PGK).
Berdasarkan penelitian, penyandang diabetes tipe 2 yang mengalami ginjal kronik membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.
Tak hanya itu, usia harapan hidup pengidap komplikasi diabetes ini juga menurun hingga 16 tahun.
Penyandang diabetes yang terkena penyakit ginjal kronik, juga berpotensi lebih besar mengalami masalah kardiovaskular.
"Kenapa kelainan jantung dan ginjal bisa terjadi? karena ada faktor metabolik, gula terutama," kata Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, Ketua Umum PB PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), Senin (15/1/2024).
"Pembuluh darah juga rusak, kemudian hal-hal lain yang bisa masih diperbaiki yaitu inflamasi (peradangan) dan fibrosis (pengakuan) karena ada jaringan ikat. Struktur dari ginjal atau jantung menjadi rusak," lanjutnya.
Baca Juga: 4 Bahaya Diabetes Sejak Anak-anak, Berisiko Timbulkan Masalah Kesehatan Jangka Panjang
Karena itu, penting bagi penyandang diabetes untuk dapat mencegah terjadinya penyakit ginjal kronik.
Bagaimana Mencegah Komplikasi Diabetes?
Pada penyandang diabetes, hal utama yang harus diperhatikan adalah kadar gula darah. Selain itu, juga faktor risikonya.
Pasalnya menurut profesor Suastika, diabetes biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi bersama dengan masalah kesehatan lain. Misalnya hipertensi dan gangguan lipid.
"Kalau mengobati diabetes, enggak cukup hanya obati gula darahnya saja, kalau ada hipertensi harus diobati, kalau ada kelainan ginjal harus diobati. Kalau obesitas juga harus diobati," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Baru kita bisa mencegah komplikasi, jadi tidak cukup gula saja diobati."
Melansir Mayo Clinic, menjaga kadar gula darah tetap stabil bisa dimulai dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi.
Misalnya, buat rencana makan seimbang sehingga bisa mengetahui apa yang dimakan dan seberapa banyak jumlah konsumsinya.
Bisa juga dengan memahami perhitungan karbohidrat, ini melibatkan pencatatan berapa gram karbohidrat yang dimakan dan diminum sepanjang hari.
Batasi juga konsumsi minuman manis, karena biasanya tinggi kalori dan rendah nutrisi, serta bisa menyebabkan gula darah cepat melonjak.
Jangan lupa untuk rutin olahraga. Ketika banyak bergerak, otot akan menggunakan gula darah sebagai energi dan tubuh bisa menggunakan insulin lebih baik.
Kelola juga stres dengan baik, karena stres berkepanjangan dapat menghasilkan hormon yang memicu gula darah tinggi. (*)
Baca Juga: 6 Penyebab Diabetes Gestasional, Berisiko Dialami Ibu Hamil Trimester Dua