GridHEALTH.id - Kesadaran terhadap penyakit inflammatory bowel disease (IBD) atau radang usus, masih rendah.
Apalagi gejalanya yang mirip dengan diare, seringkali terabaikan oleh pengidapnya.
Padahal, kejadiannya cukup tinggi di Indonesia dan dapat berakibat fatal bila tidak tertangani.
Diketahui, pasien IBD mempunyai angka mortalitas 17,1 per 1.000 orang per tahun dan yang terkontrol hanya 12,3 per 1.000 orang per tahun.
Apa Itu IBD?
IBD atau radang usus adalah sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar.
Penyakit ini terdiri dari tiga tipe, yang dijelaskan sebagai berikut.
• Ulcerative Colitis (UC): Terjadi peradangan dan luka sepanjang lapisan superfisial usus besar dan rektum.
Gejala radang usus jenis ini yang khas adalah rasa nyeri di bagian bawah perut sebelah kiri.
Orang dengan tipe radang usus ini, mempunyai risiko 6 kali lebih besar mnegalami komplikasi kanker kolorektal.
• Crohn's Disease (CD): Adanya peradangan hingga lapisan pencernaan yang lebih dalam.
Akibatnya, timbul rasa nyeri di bagian kanan bawah perut yang pada kondisi yang jarang, disertai dengan pendarahan dari rektum.
Baca Juga: Cara Mengobati Diare Akibat Makanan Bersantan, Solusi untuk Keseimbangan Usus
• Colitis Indeterminate (Unclassified)
Penyebab Radang Usus
Dokter spesialis penyakit dalam & konsultan gastroenterologi hepatologi RS Abdi Waluyo Prof. dr. Marcellus Simadibrata mengatakan, penyebab jelas penyakit ini masih belum diketahui.
Akan tetapi, ini ada kaitannya dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang juga dipengaruhi oleh kesalahan dalam pola makan dan stres kronis.
"Dalam perkembangannya, IBD yang dibiarkan bisa memperparah kondisi pasien akibat komplikasi yang ditimbulkan," ujarnya dalam keterangan yang diterima GridHEALTH, Senin (20/5/2024).
Komplikasi radang usus tipe UC yang umum terjadi adalah toxic megalocon yaitu pembengkakan pada usus besar yang beracun, perforated colon atau lubang pada usus besar, dehidrasi berat, hingga peningkatan risiko kanker usus besar.
"Pada CD, penderitamya bisa mengalami bowel obstruction, malnutrisi, fistulas, dan anal fissure (robekan pada jaringan anus)," jelasnya.
Ia menambahkan, "Jika kedua jenis IBD ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi seperti pengumpulan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya."
Penanganan radang usus dilakukan dengan terapi obat, berupa tablet ataupun injeksi. Pada kondisi tertentu, diperlukan tindakan pembedahan atau kombinasi keduanya.
"Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan juga bagi pasien IBD sebagai bentuk pencegahan infeksi. IBD yang kronis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak, tetapi dengan adanya kemajuan dan inovasi dalam pengobatan dengan obat-obatan, tindakan pembedahan sudah jarang dilakukan sejak beberapa tahun belakangan," jelasnya.
Itulah penjelasan mengenai radang usus, yang meskipun kasusnya cukup sering terjadi, tapi gejalanya kerap terabaikan.
Diagnosis yang cepat dan tepat, dapat mencegah pengidapnya mengalami komplikasi. (*)
Baca Juga: Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Jadi Penyebab Kanker Usus Besar, Tanpa Sadar Sering Dilakukan