GridHEALTH.id - Vaksin berperan krusial dalam membangun sistem kekebalan tubuh yang khusus untuk melawan penyakit tertentu.
Sistem imun kita memiliki tugas penting dalam melindungi tubuh dari serangan virus atau bakteri.
Namun, sebelum dapat melawan, sistem imun harus mengenali jenis-jenis virus atau bakteri tersebut terlebih dahulu.
Ketika patogen ini masuk ke dalam tubuh di masa depan, sistem imun yang sudah terlatih akan siap melawannya dan mencegah timbulnya penyakit.
Manfaat Vaksin COVID-19
Seperti vaksin pada umumnya, vaksin COVID-19 memberikan perlindungan terhadap infeksi atau penyakit parah akibat virus ini.
Vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membangun pertahanan khusus melalui proses imunisasi.
Langkah optimal untuk terhindar dari COVID-19 meliputi melengkapi vaksinasi sesuai jadwal yang dianjurkan serta menerapkan perilaku sehat, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan menjaga jarak aman.
Proses Kerja Vaksin
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin membantu mengurangi risiko tertular penyakit dengan memanfaatkan pertahanan alami tubuh.
Setelah vaksin diterima, sistem kekebalan akan merespons dengan mengenali kuman penyerang, memproduksi antibodi, dan mengingat penyakit serta cara melawannya.
Baca Juga: Apa Itu Pandemic Treaty, Diusulkan Sejak 2021 dan Masih Menemui Jalan Buntu Kesepakatan
Jika tubuh terpapar kuman di kemudian hari, sistem kekebalan dapat dengan cepat menghancurkannya sebelum kita jatuh sakit.
Oleh karena itu, vaksin adalah cara yang aman dan efektif untuk memicu respons imun tanpa menyebabkan penyakit.
Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk memiliki memori.
Setelah menerima satu atau lebih dosis vaksin, tubuh biasanya tetap terlindungi dari penyakit selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup.
Mitos dan Klarifikasi Detoksifikasi Vaksin COVID-19
Baru-baru ini, narasi tentang detoksifikasi vaksin COVID-19 beredar di media sosial.
Klaim ini menyebutkan berbagai metode untuk mengeluarkan vaksin dari tubuh, termasuk mandi dengan soda kue, garam Epsom, dan boraks, serta cuci darah berulang kali.
Vaksinasi COVID-19 merupakan langkah penting dalam melindungi diri dari virus.
Vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus. Mitos tentang detoksifikasi vaksin tidak memiliki dasar ilmiah dan dapat menyesatkan.
Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI), Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada istilah medis 'detoksifikasi vaksin COVID-19'.
Vaksin dirancang untuk membentuk kekebalan tubuh atau menghasilkan antibodi, bukan racun yang memerlukan detoksifikasi.
Baca Juga: Kemenkes Gencarkan Imunisasi Polio, Ketahui Pentingnya Vaksin Ini untuk Kesehatan Anak
“Vaksin yang diberikan itu kan antigen (mikroorganisme). Artinya, komponen virus yang diinaktivasi atau dilemahkan. Jadi, yang akan terbentuk adalah antibodi.
Kalau detoksifikasi ini soal toksin, racun,” jelas Prof. Hinky dikutip dari rilis Kemenkes RI.
Prof. Hinky menjelaskan bahwa detoksifikasi berkaitan dengan upaya membersihkan atau menetralkan zat racun dari tubuh, sementara vaksin berfungsi untuk memicu pembentukan antibodi.
Misalnya, soda kue digunakan untuk menetralisir asam, sementara boraks dapat bersifat karsinogenik dan berbahaya bagi kesehatan.
Cuci darah, yang biasanya digunakan untuk menetralisir toksin, tidak relevan dengan vaksinasi, karena vaksin tidak mengandung racun melainkan komponen virus yang dilemahkan untuk membentuk antibodi.
“Cuci darah itu menetralisir toksin-toksin, sedangkan vaksin disuntikkan akan membentuk antibodi, bukan toksin. Maka, yang namanya cuci darah bukan buat mengeluarkan antibodi, melainkan mengeluarkan zat racun. Kalau sifatnya bukan racun, ya, tidak akan keluar, karena bermanfaat bagi tubuh,” lanjut Prof. Hinky.
Baca Juga: Ancaman Kesehatan dari Perubahan Iklim Jadi Fokus WHO di Program Kerja 2025-2028