Find Us On Social Media :

Penyakit Jantung Bawaan Anak Mengancam, Dokter Asing Didatangkan

Dengan ancaman penyakit jantung bawaan anak, Indonesia mendatangkan dokter asing.

GridHEALTH.id - Setiap 1 dari 100 bayi di dunia lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB), termasuk di Indonesia, yang memiliki angka kelahiran tinggi.

Dengan sekitar 5 juta bayi lahir setiap tahun, Indonesia mencatat 50.000 kasus PJB dan 12.500 di antaranya tergolong berat. Angka ini menempatkan Indonesia dalam beban kesehatan tinggi terkait PJB.

PJB adalah kelainan struktur atau fungsi jantung yang hadir sejak lahir.

Penyebab utama sering kali tidak diketahui, namun faktor genetik, beberapa jenis obat, penyakit ibu, dan paparan radiasi sinar-X selama kehamilan dapat meningkatkan risiko PJB.

Dikutip dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, sekitar 30% kasus PJB menunjukkan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Tanpa deteksi dini dan penanganan tepat, angka kematian bisa mencapai 50% pada bulan pertama.

PJB dibagi menjadi dua kategori utama: non-sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru).

PJB sianotik ditandai dengan kulit dan selaput lendir yang kebiruan, terutama di lidah, bibir, dan ujung jari akibat rendahnya kadar oksigen dalam darah.

Anak-anak dengan PJB sianotik akan semakin biru saat menangis atau beraktivitas.

Gejala PJB bervariasi dari ringan hingga berat. Pada kasus ringan, anak mungkin tidak menunjukkan gejala, sementara pada kasus berat, gejala biasanya terlihat saat lahir dan membutuhkan intervensi segera.

Penanganan PJB di Indonesia terkendala oleh keterbatasan jumlah rumah sakit dan dokter bedah jantung anak.

Kapasitas yang ada hanya mampu menangani 6.000 dari 12.000 kasus PJB setiap tahun, menyebabkan 6.000 anak tidak tertangani dan banyak yang meninggal.

Baca Juga: Kenali Tanda Penyakit Jantung Bawaan, Berisiko Ganggu Tumbuh Kembang Anak

Inisiatif Kerja Sama Internasional

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa pemerintah bekerja sama dengan pihak luar negeri untuk mengirim dokter spesialis ke Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan yang belum tersedia di beberapa daerah dan mempercepat peningkatan keahlian dokter lokal.

RSUP Adam Malik di Kota Medan bekerja sama dengan King Salman Relief dari Arab Saudi untuk mengadakan operasi jantung kompleks secara gratis bagi pasien anak di Sumatera Utara. Tim medis dari Arab Saudi membuat RSUP Adam Malik menjadi satu-satunya rumah sakit di Sumatera yang mampu melakukan operasi jantung anak.

Sebelumnya, kasus jantung anak dirujuk ke Jakarta, membebani keluarga pasien dengan biaya tinggi dan antrian panjang.

Operasi jantung oleh King Salman Relief berlangsung selama satu minggu, dari 25 Juni hingga 2 Juli 2024, dengan target 30 pasien anak. Hingga 28 Juni, 17 pasien anak telah menjalani operasi.

Menkes Budi Gunadi Sadikin dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal Abdullah H Amodi, meninjau langsung pelaksanaan operasi tersebut.

Menkes Budi berpesan kepada dokter Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan ini guna menyerap ilmu dari dokter asing, yang diharapkan dapat diterapkan untuk membantu lebih banyak pasien di Indonesia.

"Saya berterima kasih kepada Kerajaan Arab Saudi, teman dan kolega dari tim medis untuk  semua yang telah dilakukan untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia. Ini tidak hanya membuat para orang tua senang, tapi juga berkontribusi bagi kemanusiaan," tutur Menkes Budi.

Dubes Faisal menambahkan, kerja sama ini adalah bentuk bantuan langsung dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan Pangeran Muhammad bin Salman untuk Pemerintah Indonesia dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Direktur Utama RSUP Adam Malik, dr. Zainal Safri, menyatakan bahwa kehadiran dokter dari Arab Saudi sangat membantu dalam menangani penyakit jantung kompleks di Medan, sehingga akses masyarakat terhadap layanan kesehatan menjadi lebih dekat dan lebih terjangkau.

Kerja sama internasional seperti ini diharapkan dapat mengurangi beban PJB di Indonesia dan memberikan harapan baru bagi anak-anak dengan kelainan jantung bawaan.

Baca Juga: Ramai Soal Dokter Asing di Indonesia, Menkes Budi: Jangan Provokasi, Stop Bicara Negatif