Perluasan pilot project FASTEMI direncanakan menyasar 34 provinsi di Indonesia, melibatkan 34 rumah sakit pengampu yang akan membimbing puskesmas-puskesmas di wilayahnya.
Upaya ini dilakukan secara bertahap karena puskesmas harus memenuhi syarat, termasuk kesiapan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dan ketersediaan alat pertolongan kegawatdaruratan untuk pasien serangan jantung.
Kemudian dr. Isman menekankan bahwa keputusan pemberian tenecteplase harus berkoordinasi dengan rumah sakit pengampu dan tidak boleh diambil sendiri oleh dokter umum di puskesmas.
Program FASTEMI adalah terobosan penting dalam penanganan serangan jantung STEMI di Indonesia, khususnya untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Dengan pemberian obat-obatan penghancur bekuan darah di puskesmas, diharapkan pasien serangan jantung di daerah terpencil dapat mendapatkan pertolongan pertama yang efektif, mengurangi risiko komplikasi serius, dan meningkatkan peluang kesembuhan.
Baca Juga: Penyakit Jantung Bawaan Anak Mengancam, Dokter Asing Didatangkan