GridHEALTH.id - Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering ditemui pada anak-anak dan bayi, ditandai dengan jumlah bakteri yang bersarang dalam urin.
Insidensi ISK masih tinggi, merupakan penyebab kedua penyakit infeksi pada anak-anak setelah infeksi saluran napas.
Baca Juga : Fact or Fake? ASI Sebabkan Bercak Putih pada Tubuh Bayi
Menurut penuturan dr. Felix pada Pesat jakarta 15, ISK banyak menyerang pada bayi perempuan.Hasil penelitian dari Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa di Indonesia, sekitar 33% pada laki-laki dan 67% pada perempuan mengalami infeksi saluran kemih.
Dilansir dari lama Nakita.id, salah satu tanda yang terlihat jelas bila anak mengalami infeksi saluran kemih (ISK) adalah anak menangis dan mengeluh sakit saat buang air kecil.
Baca Juga : Makan Nasi Bayi 4 Bulan Meninggal, 4 Risiko Pemberian Makanan Padat Untuk Bayi
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) jika hal ini terjadi segera diperiksa ke dokter.
Dilansir dari laman WebMD, gejalanya yang sering dialami pada bayi adalah:
- Sering buang air kecil dan buang air besar
- Diare
- Berat badan berkurang
- Muntah
- Demam
Baca Juga : Ternyata Ini Manfaat Sunat Bagi Pria, Rugi yang Belum apalagi Tak Mau
Ibu juga harus memerhatikan dengan seksama warna urin si kecil, apakah warnanya keruh, berdarah atau berbau busuk yang kuat. Tanda lainnya yaitu, demam, muntah, sakit perut dan lesu, kata Dr Oh Meng Choo, seorang dokter anak di Kids Clinic, Singapura.
Jika bayi sering menggunakan popok sintetis (diapers) lebih baik jangan biarkan hal itu dipakai dalam jangka lama, dan tidak memasangkannya dengan ketat agar tubuh bayi juga dapat berkembang.
Baca Juga : Ingin Tetap Gaya Meski Sering Naik Ojek Online? Ini Dia Tipsnya
Untuk mencegah terjadinya ISK, ibu dapat mencuci area genital anak dengan air saja tanpa menggunakan sabun.
Penggunaan sabun atau shampo yang berlebih pada bayi dapat menyebabkan iritasi dan infeksi pada area genitalnya.
Source | : | WebMD,AAP,Pesat 15 Jakarta Yayasan Orangtua Peduli |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar