Bakteri vaginosis muncul bukan dari akibat hubungan seksual, bisa terjadi begitu saja.
"Wanita yang memiliki banyak pasangan seks (atau yang pasangannya memiliki banyak pasangan) dan wanita yang tidak berhubungan seks untuk sementara waktu lebih berisiko terserang bakteri vaginosis,", kata Dr. Oluwatosin Goje, MD, Ob Gyn dan spesialis penyakit menular.
Bau yang terjadi sering kali paling kuat setelah berhubungan seks atau selama menstruasi.
Baca Juga : Cuci Tangan dengan Hand Sanitizer Berbahaya bagi Anak? Siapa Bilang
Tetapi antara setengah dan tiga perempat wanita tidak memiliki gejala apapun.
Pada ibu hamil, bakteri ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.
"Jadi pada wanita hamil, dokter biasanya menyarankan mengobati infeksi," kata Dr. Goje.
Beberapa wanita akan meminimalisir bau tersebut dengan menyemprotkan cairan atau sabun khusus pada miss V.
Baca Juga : Heboh 10 Years Challenge, Tampilan Sederet Artis yang Makin Bugar
Namun, menurut ObGyn dan spesialis penyakit menular Oluwatosin Goje, MD, cairan tersebut hanya mengurangi bau saja, dan bisa jadi dapat memperburuk masalah dan infeksi lebih parah.
Source | : | Cleveland Clinic |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar