GridHEALTH.id - Seoranga wanita berusia 23 tahun asal Binuang, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan ditemukan tewas di dalam kamar.
Wanita yang diketahui bernama Mardiansyah atau kerap disapa Dian ini sebelumnya sempat meminta uang kepada ibunya, Arbayah (42) pada Rabu (13/2/2019) sekitar pukul 22.00 WITA dan memesan dibuatkan mie rebus (mie instan).
Baca Juga : Putri Titian Kepergok Ibunya Makan Mie Instan 2 Bungkus Saat Hamil
Namun hingga keesokan harinya, seperti dilansir dari Tribun Pontianak (16/02), Dian tidak keluar dari kamarnya, hal ini membuat Arbayah merasa tidak tenang.
Dengan meminta bantuan warga sekitar, Arbayah memaksa untuk mendobrak kamar anaknya ini setelah beberapa kali diketuk dan dipanggil tidak ada jawaban.
Begitu mengejutkannya, Dian tergeletak tak bernyawa dengan posisi telungkup dan mengeluarkan cairan berupa darah dari mulutnya.
Seperti yang kita ketahui, mie instan merupakan makanan cepat saji yang mudah dimasak mengandung bahan pengawet dan perasa di dalamnya.
Bagi seseorang yang sering mengonsumsi mie instan, melansir dari Science Direct yang mempublikasikan beberapa jurnal ilmiah, dapat menimbulkan berbagai macam bahaya kesehatan, diantaranya:
1. Tekanan darah tinggi
Beberapa penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, menunjukkan bahwa mie instan dapat me nimbulkan peningkatan tekanan darah.
Ditemukan bahwa wanita di usia 18-29 tahun yang mengonsumsi mie instan selama lebih dari 3 kali dalam seminggu mengalami tekanan darah tinggi, dan obesitas.
Hal ini disebabkan karena kandungan sodium bumbu dalam mie instan yang mengandung tinggi garam menyebabkan tekanan darah meningkat drastis.
Baca Juga : Karl Lagerfeld Desainer Chanel Tutup Usia Akibat Sakit Kanker Pankreas
2. Diabetes
Menurut dokter Simran Saini, seorang ahli gizi pada Rumah Sakit Fortis di New Delhi, kandungan tepung terigu yang sudah melalui proses pemutihan pada mie instan sudah medapat beberapa bahan tambahan.
Dalam tepung terigu terkandung kadar gula yang cukup tinggi, hal ini yang menyebabkan pengonsumsi mie instan secara sering dapat mengalami kegemukan atau obesitas.
Beberapa penelitian di Korea Selatan menyebutkan bahwa mie instan dapat meningkatkan kadar insulin yang dapat berpotensi diabetes.
Baca Juga : Keluhkan Sering Sakit Kepala, Pria Ini Ditemukan Membusuk Di Kamar
Baca Juga : Kandungan Urine di Kolam Renang Umum Setara 20 Galon Lebih, Dampaknya Bisa Rusak Jantung & Paru-paru!
3. Kerusakan otak
Konsumsi mie instan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan sel otak.
Menurut hasil penelitian dari Legacy Clinical Research Center, Portland, Amerika Serikat, menyatakan kandungan monosodium glutamate (MSG) juga bahan pengawet yang tinggi dapat berdampak negatif bagi kesehatan otak, seperti pembengkakan dan kematian sel-sel otak.
Baca Juga : Fakta, Dikira Menyehatkan Ternyata Ini 5 Makanan Pemicu Stres
Hal ini dikarenakan MSG yang terkandung dalam mie instan dalam jumlah besar tidak dapat melewati tepian saraf otak yang mengaliri darah.
Penelitian dari University of Ottawa, Canada menyatakan bahwa seseorang yang sering menelan MSG akan mengalami gejala sakit kepala, otot tegang, mati rasa, dan kesemutan.
4. Menurunkan nutrisi makanan lain
Sering mengonsumsi mie instan dapat mengalami penurunan asupan protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin dan vitamin A.
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, makanan yang sudah kita makan sebelumnya akan cepat hilang nutrisinya ketika kita mengonsumsi mie instan secara rutin.
Baca Juga : Aktor FTV Ranza Ferdian Meninggal Dunia Akibat Penyakit di Kelenjar Getah Bening
5. Risiko sindrom metabolik
Selain itu, beebrapa penelitian dari Korea Selatan menemukan bahwa pengonsumsi mie instan memiliki asupan natrium dan kalori yang meningkat.
Mie instan juga dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, suatu kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Boston dan Dallas, Amerika Serikat menemukan peingkatan risiko sindrom metabolik pada wanita yang mengonsumsi mie instan lebih dari 2 kali seminggu. (*)
Source | : | Science Direct,Tribun Pontianak |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar