GridHEALTH.id - Sudah seharusnya kita bisa menjaga kesehatan diri sendiri dengan memerhatikan apa yang kita makan setiap harinya.
Jangan sampai karena kebiasaan buruk membuat kita terkena penyakit yang membahayakan diri kita sendiri, seperti kisah wanita berikut ini.
Beberapa waktu lalu, ada berita mengenai seorang wanita berusia 68 tahun yang terkena bakteri langka di dalam darahnya.
Baca Juga : Sedang Hamil 14 Minggu Kartika Putri Terkena Cacar Air, Akibatnya Bisa Alami 3 Komplikasi Ini!
Dilansir Intisari dari Peninsula Morning News pada Jumat (12/4/2019), wanita 68 tahun bernama Zhou Ayi dari Zhenjiang, Jiangsu, China merasakan kembung dan mual sejak Maret 2019 lalu, dan tubuhnya merasa lemah dalam beberapa hari.
Karena kondisinya terus memburuk, dia pun memutuskan untuk mengunjungi dokter untuk mencari tahu, penyebab penyakitnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan darah pada 20 Maret, dokter menemukan bahwa ada bakteri langka di darah Zhou Ayi.
"Pasien diidentifikasi terkena Listeria monocytogenes (sejenis bakteri langka),” kata dokter.
Sebenarnya umum jika orang terkena bakteri Listeria monocytogenes, karena jumlah mereka tidak banyak.
Namun, kasus yang dialami Zhou Ayi berbeda.
Listeria monocytogenes yang ada pada Zhou Ayi dapat menerobos penghalang plasenta hingga menyebabkan meningitis dan sepsis neonatal.
Jika daya tahan tubuhnya rendah, infeksi bakteri bisa menyerang pusat saraf.
Hal itu dapat menyebabkan demam tinggi hingga kejang-kejang.
Secara umum, dokter mengatakan bakteri ini tumbuh pada suhu 2 derajat celcius, dan 42 derajat celcius, dan bisa tumbuh dalam suhu kulkas.
Sehingga bakteri ini kemudian akan hidup dalam produk susu, daging, salad, es krim, sayuran dll.
Mengetahui hal itu, Zhou Ayi mengatakan bahwa keluarganya sering makan-makanan dari kulkas.
Misalnya menyimpan nasi dari kulkas, lalu memanaskannya di microwave untuk di makan.
Mungkin inilah yang menyebabkan Zhou Ayi terkena bakteri ini.
Diketahui, sering mengonsumsi makanan yang telah disimpan dalam kulkas lalu menghangatkannya kembali berisiko untuk kesehatan kita.
Konsultan Gastroenterologi Hepatologi PB-PABDI, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD- KGEH, MMB, FINASIM, FACP mencoba menjelaskan risikonya seperti dilansir dari kompas.com pada Juni 2018 lalu.
Menurutnya, sejumlah pasien yang datang kerap karena terkena diare. Salah satu penyebabnya adalah karena mengonsumsi makanan yang dihangatkan.
"Umumnya mencret," kata Dr. Ari.
Namun, tak semua makanan yang dihangatkan berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga : 8 Penyakit yang Bisa Disembuhkan dengan Hanya Berolahraga daripada Konsumsi Obat
Menurut Dr. Ari, menghangatkan makanan tentu masih diperbolehkan jika makanan berada pada kondisi-kondisi tertentu.
Makanan yang akan dipanaskan dan dikonsumsi lebih dari enam jam harus disimpan di dalam kulkas dengan suhu rendah.
Jika tidak dimasukkan kulkas dan hanya didiamkan pada suhu kamar (tanpa AC) maka, kontaminasi kuman akan terjadi pada makanan tersebut.
Makanan yang disimpan dalam kulkas tersebut juga harus dikemas dengan baik dan tidak asal ditaruh.
Misalnya, makanan tak boleh bersebelahan dengan makanan mentah dan menyimpannya di dalam plastik dengan wadah yang terpisah.
Makanan tersebut juga tak bisa terlalu lama disimpan dalam kulkas. Setiap jenis makanan memiliki ketahanan yang berbeda.
Namun, Dr. Ari meminta masyarakat lebih pandai memilih makanan yang akan dikonsumsi.
Jika makanan dalam kulkas sudah berbau agak asam atau basi, maka segera tinggalkan.
"Jadi kita mesti ingatkan juga, masyarakat pandai-pandai memilih saat mengkonsumsi makanan.”
"Kadang saat lapar, makanan tidak enak menjadi enak. Basi sedikit kadang kita menafikan," sambung dia.
Beberapa makanan yang tak bolah kita makan setelah kita simpan di dalam kulkas, antara lain roti, apel, buah beri, kentang, tomat, acar, semangka, dan kopi.(*)
Baca Juga : Durian Mengandung Nutrisi yang Dibutuhkan Bumil, Ini Faktanya
Artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id dengan judul, "Wanita Kena Infeksi Bakteri Karena Sering Konsumsi Makanan dari Kulkas: Ini Bahaya Konsumsi Makanan dari Kulkas"
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar