Misalnya, menggunakan ponsel untuk menghitung harga dan mencari kupon diskon.
Namun jika kita menggunakan ponsel untuk kegiatan lain, maka kita cenderung lebih mudah tergoda membeli barang yang di mata tampak menarik saja.
Pasalnya, baik pengambilan keputusan berbelanja maupun menggunakan ponsel sama-sama bersaing untuk sumber daya kognitif yang sama.
Ini menyebabkan kita tidak akan bisa melakukan keduanya sekaligus. Pada saat yang sama kita justru akan menjadi lebih lalai saat berbelanja.
Di sisi lain, toko seolah menjadi lebih pintar. Mereka mungkin menampilkan diri mereka sebagai "ramah teknologi" dengan menyediakan WiFi, agar kita tetap terhubung dengan ponsel, dan terlena dengan barang-barang yang ditata rapi.
Untuk semakin mengkapitalisasinya, beberapa tempat belanja bahkan mengirimkan pesan dan info yang tidak relevan dengan aplikasi belanja yang kita gunakan.
Baca Juga : Real Count Belum Usai Tapi 456 Petugas KPPS Sudah Meninggal Dunia, Ternyata Bukan Karena Kelelahan
Ini semua dilakukan untuk membuat kita semakin ingin belanja barang lain dan lupa pada kebutuhan, demikian menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Fairfield, Universitas Pittsburgh, dan Universitas Oxford.
Bila ini yang terjadi, maka belanjaan kita akan dipenuhi barang yang sebenarnya tidak terlalu kita perlukan.
Bagaimana kalau barang itu adalah makanan? Bisa jadi kita akan menjadi terlalu banyak makan, dan berujung pada naiknya berat badan.
Sayangnya, kita sebagai konsumen seringkali tidak menyadari hal itu dan menganggap ponsel tidak mempengaruhi pilihan ketika berbelanja.
"Kami berharap konsumen mulai mengenali beberapa kelemahan penggunaan ponsel yang tidak terkait di lingkungan toko,” kata Sciandra.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar