GridHEALTH.id - Ketika area penis atau vagina terluka, kemungkinan kita mengalami infeksi menular seksual yang umum disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV) atau kerap dikenal sebagai Herpes Genital.
Baca Juga: Bayi 8 Hari Meninggal Karena Sering Dicium, Terinfeksi Herpes Neonatal
Melansir WebMD, infeksi ini biasanya disebarkan oleh dua jenis virus yaitu herpes simplex-2 (HSV-2) atau virus herpes simplex-1 (HSV-1).
Virus ini biasanya menyebar melalui kontak seksual. Salah satu akibatnya adalah rasa sakit, gatal, dan luka di area genital.
Gejala Gejala Herpes genital dapat mulai diketahui sekitar dua hingga 12 hari setelah terpapar virus.
Gejalanya antara lain; nyeri atau gatal di daerah genital, benjolan merah kecil atau lepuh putih kecil dan bisul.
Bisul terbentuk ketika lepuh pecah dan mengalir atau berdarah serta dapat membuat sakit saat buang air kecil.
Baca Juga: Hamil 6 Bulan, Aura Kasih Malah Ngidam Ngemil Beras Mentah, Apa Dampaknya Pada Kehamilan?
Selain itu gejala herpes ini akan diawali dengan tanda-tanda dan gejala seperti flu, pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, sakit kepala, nyeri otot, dan demam.
Salah satu jenis penyakit herpes merupakan herpes genital yang bersifat kronis dan sangat mengganggu. Hal ini merupakan salah satu jenis penyakit kelamin yang disebabkan oleh virus Herpes Simpleks (HSV).
Baca Juga: Stres yang Tidak Disadari Sama Mematikannya Dengan Serangan Jantung, Ini Gejalanya
Data WHO mencatat bahwa 417 juta orang di dunia mengalami Herpes Genital, dengan angka 267,3 juta wanita dan 150,1 juta pria.
Luka yang disebabkan oleh virus dapat berkembang ke beberapa area vital pria dan wanita, seperti bokong dan paha, anus, mulut, urethra (tabung yang memungkinkan urine mengalir dari kandung kemih ke luar, area vagina, serviks, penis dan skrotum.
Penyebab Satu-satunya penyebab herpes jenis ini adalah dua jenis virus penyebar infeksi, yaitu: HSV-1 dan HSV-2 HSV-1 adalah jenis yang biasanya menyebabkan luka dingin atau lepuh demam di sekitar mulut. HSV-1 sering menyebar melalui kontak kulit ke kulit.
Penyebarannya ke area genital melalui seks oral yang kerap dilakukan. Sementara HSV-2 adalah jenis yang memang biasanya menyebabkan herpes genital secara langsung. Virus menyebar melalui kontak seksual dan kontak kulit ke kulit.
Lihat postingan ini di Instagram
"Namun dengan semakin berkembangnya bentuk aktivitas seksual, maka terkadang ditemukan HSV tipe 1 di area genital," kata Wresti Indriatmi, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Konsultan.
Baca Juga: Vagina Terasa Gatal, Lakukan Segera Hal Berikut Untuk Mengatasinya
HSV-2 sangat umum dan sangat menular. Namun virus ini mati dengan cepat di luar tubuh. Jadi hampir tidak mungkin untuk mendapatkan infeksi melalui kontak dengan toilet, handuk atau benda lain yang digunakan oleh orang yang terinfeksi.
Awal mula penyakit herpes dimulai dengan lesi inisial primer. Saat pertama kali terkena herpes genital, tubuh akan langsung menunjukkan gejala seperti sariawan, sakit dan timbulnya nanah.
Selanjutnya diikuti dengan lesi inisial non-primer yaitu saat pertama kali virus masuk, tubuh sudah terlebih dahulu membentuk antibodi sehingga virus tidak langsung terlihat atau menunjukkan gejala.
"Kemudian episode kambuhan, yaitu pada saat virus yang sudah ada dalam tubuh dan menunjukkan gejalanya saat antibodi menurun," lanjutnya.
Virus herpes tidak bisa diobati secara tuntas. Jika sekali terkena, maka virus akan terus bersarang di dalam tubuh. Obat yang diberikan hanya mengurangi kekambuhan penyakit ini.
"Sifatnya periodik, kemunculannya akan bergantung dari daya tahan tubuh pasien," kata dr. Wresti.
Masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus herpes, misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual dan menjaga kebersihan area genital.
Selain itu, bisa juga dilakukan terapi bagi pasien herpes. Saat kondisi imunitas penderita sedang menurun, virus dapat aktif kembali. Sehingga menimbulkan episode rekurensi atau berulang.
Baca Juga: Waduh, Menurut Survei Murid Perempuan Indonesia Malas Mengganti Pembalut, Padahal Ini Risikonya!
Bila episode ini terjadi minimal 6 kali dalam setahun, penderita akan diberikan terapi supresi sebagai lanjutan sesudah terapi rekurensi selesai dijalani. (*)
Source | : | merdeka.com,Everyday Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar