GridHEALTH.id - Belum banyak yang tahu bahwa penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh sendiri.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Namun, pada seseorang yang menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang sehat sebagai organisme asing.
Sehingga sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Belum diketahui pasti penyebab penyakit autoimun, namun beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit ini seperti dikutip dari Alodokter:
1. Etnis. Beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu. Misalnya, diabetes tipe 1 umumnya menimpa orang Eropa, sedangkan lupus rentan terjadi pada orang Afrika-Amerika dan Amerika Latin.
2. Gender. Wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibanding pria. Biasanya penyakit ini dimulai pada masa kehamilan.
Baca Juga: Cukup 3 Jenis Buah Unggulan Ini, Jus Pelangsing Turunkan Berat Badan
3. Lingkungan. Paparan lingkungan seperti cahaya matahari, bahan kimia, serta infeksi virus dan bakteri, bisa menyebabkan seseorang terserang penyakit autoimun dan memperparah keadaannya.
4. Riwayat keluarga. Umumnya penyakit autoimun juga menyerang anggota keluarga yang lain. Meski tidak selalu terserang penyakit autoimun yang sama, mereka rentan terkena penyakit autoimun yang lain.
Asal tahu saja bahwa penyakit autoimun di Indonesia diduga diderita oleh jutaan bahkan puluhan juta orang walau belum ada jumlah pastinya. Walau penyakit ini tidak bisa disembuhkan, namun dapat dicegah persebarannya.
Lihat postingan ini di Instagram
Mantan penderita autoimun, Marisza Cordoba mengatakan bahaya penyakit tersebut sama dengan kanker. Namun penyakit autoimun yang termasuk mematikan itu bisa dikendalikan dan dicegah.
"Jika kanker itu adalah disebabkan mutanisasi sel yang merusak tubuh maka autoimun merusak tubuh dari sel imunitas tubuh itu sendiri.
Jadi ada masalah dari filterisasi antibodi tubuh, antibodi ini menyerang benda asing masuk ke tubuh tapi tidak bisa membedakan mana yang membahayakan dan mana yang tidak," kata Marizsa seperti dikutip dari merdeka.com
Meski autoimun ini tidak bisa disembuhkan tetapi kata Marisza penyebarannya bisa dicegah, caranya adalah dengan hidup sehat. Contohnya mengonsumsi kunyit atau sayur-sayuran yang baik untuk tubuh.
Baca Juga: Studi: Jutaan Pasien Diabetes Menerima Pengobatan Berlebihan, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan
"Saya ini penderita autoimun sejak berusia 4 tahun. Hampir selama 25 tahun saya bolak-balik dokter, tetapi akhir-akhir ini saya tidak lagi mengonsumsi obat dan ke dokter karena hidup sehat," ujarnya.
Marisza menyarankan agar penderita penyakit autoimun menghindari konsumsi makanan berbahan dasar terigu. Sehingga gluten yang terkandung dalam terigu ini merusak cara kerja sistem imunitas yang ada di usus dan lambung.
Baca Juga: 5 Cara Bakar Lemak Tanpa Berkeringat, Sederhana Tapi Manjur
"Selain terigu, hindari makanan dengan pewarna, penyedap rasa, pemanis buatan, dan lainnya," imbuh Marisza.
Marisza berharap ada kepedulian khusus dari pemerintah pusat dengan mendata para penderita autoimun. Sebab, hingga kini data penderita autoimun baru hanya dilakukan oleh komunitas dan organisasi masyarakat.
"Penderita di Amerika Serikat berjumlah 50 juta orang namun di Indonesia yang terdata positif terkena penyakit ini baru 5000 orang," kata Marisza yang juga sebagai founder dari Marisza Cordoba Foundation.
Pihaknya juga berupaya mendorong pemerintah agar lebih memerhatikan penderita autoimun. Salah satunya dengan menanggung biaya pemeriksaan awal ditanggung oleh BPJS.
Baca Juga: 4 Tanda Tubuh Kelebihan Garam, Salah Satunya Sering Merasa Haus
Minimal BPJS bisa mengcover biaya untuk tes awal, karena untuk periksa biayanya mahal, bisa sampai Rp1,9 juta untuk sekali periksa.(*)
Source | : | alodokter.com,Health and Healthy Living,merdeka.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar