"Jadi langsung dibawa ke toilet, nanti dia belajar nenangin diri. Saya ngajarin dia juga, take a deep breath. Ada teknik napas marinir, hitung satu, dua, tiga, empat. Setelah sudah 10 kali napas biasanya dia sudah agak tenangan," ujar Dian.
Baca Juga: Waspadai Gejala Alzheimer Bila Sering Tidur Siang Terlalu Lama
"Jadi harus tetap ada yang kita bantu walaupun dia sudah bisa berfungsi seperti normal. Something wrong happens everything is going to be ok. Kita harus ngajarin dia nenangin diri," tambahnya.
Seperti yang Dian Sastro lakukan, mengendalikan emosi anak yang memiliki kebutuhan khusus memang tidak bisa langsung dilakukan, butuh tahapan dan kesabaran untuk menanganinya.
Melansir dari understood.org, untuk mengendalikan emosi anak yang meledak mulailah dengan mengakui bagaimana perasaan mereka.
Jangan berdebat tentang apa yang dilakukan anak tersebut salah atau tidak, karena hal itu malah membuat emosinya semakin meningkat.
Begitu anak tenang, mulailah tawarkan bantuan atau cara terbaik untuk menyelesaikan masalah mereka.
Kemudian beri pengertian sehingga dapat mengubah pikiran sang anak.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | Kompas.com,Understood.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar