Bercak-bercak itu kemudian berubah menjadi belang yang akhirnya menjalar ke bagian wajah, jari, tangan, dan kaki.
"Saat usia saya empat tahun, bercak putih vitiligo sudah mulai tampak secara tidak merata. Bisa dibilang itulah kali terakhir saya melihat 95% kulit tubuh saya tampak satu warna," tulis Winnie di akun Instagram-nya, @Winnieharlow.
Baca Juga: Tiga Hal Mudah Ini Akan Membantu Buang Air Besar Jadi Lancar
Meskipun Winnie tumbuh tidak sempurna, ia mengaku memiliki masa kanak-kanak yang indah. Dia tidak pernah merasa dirinya berbeda dari anak kecil lainnya. "Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk anak-anak adalah membuat mereka merasa cantik seutuhnya," tulisnya.
Tantangan dari orang-orang sekitar muncul saat Winnie menginjak remaja. Dia kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dan ejekan yang berasal dari teman-teman sekolahnya.
Panggilan "sapi", "zebra", dan semacamnya kerap Winnie dapatkan. Hal ini membuatnya harus berpindah sekolah beberapa kali.
Dia akhirnya memutuskan berhenti sekolah pada usia 16 tahun. Dia juga berusaha ikhlas menerima perbedaan di kulitnya, yang tak sama dibandingkan orang pada umumnya.
Baca Juga: Orang Indonesia Tak Bisa Jauh Dari Gorengan, Ini Porsi yang Dibolehkan
"Bullying tersebut benar-benar buruk sehingga saya terpaksa keluar dari sekolah menengah dan memilih homeschooling," ujar Winnie, seperti dilansir The Guardian.
Source | : | The Guardian,BBC News |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar