GridHEALTH.id – Skoliosis atau kondisi di mana tulang belakang melengkung menyerupai huruf S ataupun C, kerap kali dianggap sepele dan tidak membahayakan.
Kelainan tulang ini bisa disebabkan oleh kebiasan-kebiasaan buruk, seperti : menaruh dompet di saku celana belakang, duduk dengan kaki menyilang, dan menggunakan tas selempang.
Ini umumnya terjadi pada remaja, namun tak menutup kemungkinan skoliosis ini bisa diderita oleh semua orang dari segala usia.
Gejala yang menyertai kelainan tulang ini, seperti misalnya bahu atau pundak tinggi sebelah, kerap kali dianggap hal yang wajar terjadi.
Baca Juga: 5 Olahraga Aman Untuk Penderita Skoliosis, Tak Menimbulkan Risiko
Padahal jika gejala skoliosis ini diabaikan, bisa berujung pada kelumpuhan bahkan kematian.
Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Tulang Belakang dr Didik Librianto, Sp OT(K), menuturkan bahwa lengkungan tulang belakang baru bisa disebut sebagai skoliosis ketika sudah mencapai kemiringan 10 derajat.
Biasanya ketika kemiringan tulang belakang telah mencapai 20 hingga 40 derajat, barulah penderitanya mulai mengalami gejala skoliosis.
“Gejala pertama yang bisa dilihat adalah kalau dilihat dari belakang, pundaknya tinggi sebelah, atau ada tonjolan di punggung,” kata dr. Didik.
Selain itu, skoliosis sudut rendah juga menyebabkan rasa nyeri ketika duduk terlalu lama atau bangun tidur.
Jika sudut kemiringan tulang belakang telah mencapai lebih dari 40 derajat, ini bisa mengakibatkan kecacatan serta menggangu fungsi jantung dan paru-paru. Bahkan, skoliosis ini juga bisa menyebabkan kematian.
Sebab, lengkungan tulang belakang ini dapat mempersempit ruang jantung dan paru-paru, sehingga penderita skoliosis sudut berat bisa merasakan sakit pada dada dan mengalami kesulitan bernapas.
Satu-satunya tindakan penyembuhan yang bisa dilakukan untuk mengatasi skoliosis sudut berat ini, yaitu dengan melakukan operasi untuk memasang implant yang berguna untuk mengoreksi bentuk tulang belakang.
Karenanya penting mendeteksi dini kelainan tulang atau skoliosis ini, sehingga tidak semakin parah dan semakin sulit disembuhkan.
Sebaiknya, mulai melakukan pemeriksaan tulang belakang saat anak berusia 10 hingga 14 tahun, setidaknya setahun sekali selama 3 tahun.
Baca Juga: Cegah Penyakit Skoliosis, Ajari Anak Olahraga Lari Sejak Dini
Ini dilakukan untuk mendeteksi jika tulang belakang anak bermasalah ataukah tidak.
Jika anak terdeteksi memiliki skoliosis, maka penanganan yang dapat dilakukan adalah perbaikan postur dengan menggunakan brace atau penyangga tulang.
Pemakaian brace ini dilakukan agar sudut lengkungan tulang belakang tidak bertambah dan dapat dihentikan ketika anak mencapai usia 17 tahun.
“Sudah dipakemkan bahwa penderita skoliosis usia 17-18 tahun yang tulangnya sudah tidak bertumbuh dan sudutnya di bawah 40 derajat tidak mengalami peningkatan sudut,” tutup dr. Didik.
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar