GridHEALTH.id -Tidak banyak yang sadar jika kaus kaki tidak boleh disepelekan.
Mulai dari memilih kaus kaki hingga penggunaannya.
Tapi yang terpenting ada penggunaannya.
Kaus kaki itu ternyata tidak boleh dipakai berulang-ulang.
Jadi sekali pakai harus langsung dicuci.
Jika bandel silahkan berurusan dengan infeksi virus yang targetnya sel darah merah disumsum tulang.
Hal yang sama ternyata berlaku untuk sarung tangan.
Sama, wajib sekali pakai.
Jika tidak, kita bisa terkena sindrom kaus kaki dan sarung tangan.
Dalam bahasa medis disebut papular-purpuric gloves and socks syndrome.
Bahayakah sindrom tersebut?
Sindrom sarung tangan dan kaus kaki alias papular-purpuric adalah ruam virus yang khas.
Ditandai dengan kemerahan dan pembengkakan pada kaki dan tangan.
Baca Juga: Chikenisasi di Bandung Mulai Direalisasikan, Ini 4 Risiko Penyakit yang Harus Diperhatikan
Sindrom ini untuk memudahkannya kerap disingkat PPGSS.
Penyebab sindrom sarung tangan dan kaus kaki, melansir dermnetnz.org, biasanya disebabkan oleh eritrovirus, EVB19 atau Parvovirus B19.
Baca Juga: Makanan Penjara Penyebab Narapidana Sakit, Kriss Hatta Mengakuinya, Sakit Tenggorokan
Ini adalah virus DNA beruntai tunggal yang menargetkan sel darah merah di sumsum tulang. Waduh!
Virus ini menyebar melalui pernapasan dan memiliki masa inkubasi 7-10 hari.
Baca Juga: Kapolri Idham Azis Diperingatkan Saat Gelar Raker Bersama DPR, Anak Buahnya Perutnya Buncit
Oh iya, sindrom ini juga tercatat memiliki variasi musiman.
Ssering terjadi selama musim semi dan musim panas. Nah, sekarang beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, sedang mengalami musim panas panjang.
Jadi warga Jakarta wajib memerhatikan hal ini ya.
Masih dari sumber yang sama, sindrom sarung tangan dan kaus kaki ini pun telah dikaitkan dengan:
* Hepatitis B
* Sitomegalovirus
* Virus Epstein-Barr
* Human herpesvirus 6, penyebab roseola
* Campak
* Coxsackievirus B, penyebab penyakit tangan, kaki dan mulut
* Reaksi obat
Adapun siapa yang beriisiko mengalami sindrom sarung tangan dan kaus kaki ini adalah orang dewasa muda.
Baca Juga: Tak Ada Data Pasti Jumlah Penderita Vitiligo di Indonesia, Ini Bedanya Bercak Putih Itu dengan Panu
Tapi sindrom sarung tangan dan kaus kaki pun terkadang menyerang orang dewasa dan anak-anak.
Seperti apa gejala jika terkena sindrom sarung tangan dan kaus kaki?
Fase prodromal infeksi Parvovirus B19 menyebabkan gejala virus yang tidak spesifik seperti demam ringan, sakit kepala, dan arthralgia (nyeri sendi).
Tapi awas, sindrom sarung tangan dan kaus kaki cepat progresif, menunjukkan eritema simetris dan menyakitkan serta edema kaki dan tangan.
Petechiae dan purpura menjelar ke telapak tangan dan telapak kaki dan dapat menyebar ke permukaan punggung tangan dan kaki.
Vesicles and bullae dapat berkembang, lalu diikuti kulit mengelupas.
Muncul ruam berbatas tegas di pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Area-area lain mungkin juga terpengaruh, termasuk pipi, siku, lutut, paha bagian dalam, kelenjar penis, pantat, dan vulva.
Pembesaran kelenjar getah bening sering terjadi. Gejala neurologis juga dapat terjadi.
Pengobatan sindrom sarung tangan dan kaus kaki ini tergantung gejalanya.
Mereka yang terinfeksi, pada beberapa kasus kejadian, masih tetep bisa beraktivitas, kerja kantor, sekolah.
Penyembuhan gejala biasanya terjadi dalam satu hingga tiga minggu.
Transfusi sel darah merah dan terapi imunoglobulin dapat berhasil pada infeksi parvovirus kronis atau selama krisis aplastik.
Hydrops fetalis akibat infeksi parvovirus diobati dengan transfusi intrauterin.
Jadi kaus kaki dan sarungan seperti apa yang aman?
Baca Juga: Sudah Pasang Ring Jantung Jangan Dikira Aman, Justru Risikonya Lebih Besar
Jawabannya bukan mereknya juga harganya, tapi kemampuannya dalam melindungi kaki.
Karenanya pilih kaus kaku dan sarungan tangan yang lembut, mudah menyerap keringat, sirkulasinya baik, dan ingat kaus kaki dan tangan itu sekali pakai.
Usai pulang kerja dan kantor, cuci. Besok ganti lagi kaus kaki dan tangan dengan yang bersih.(*)
Source | : | ncbi.nlm.nih.gov,GridHealth.ID,dermnetnz.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar