Klaim pembiayaan terbanyak pun dipegang oleh pengguna BPJS Kesehatan mandiri. Pemakaiannya sudah mencapai 400%, dalam artian meski semua peserta mandiri membayar dengan teratur, tetap akan terjadi defisit.
Baca Juga: Matanya Selalu Berair Awalnya Dikira Hanya Gangguan Mata Biasa, Ternyata Adalah Kanker Ganas
"Yang jadi masalah adalah BPJS mandiri. Itu mau kelas 1,2,3, di atas 400 % artinya 4 kali lipat pemakaiannya. Dinaikan (iurannya) juga nggak nutup," terangnya.
"Seolah-olah mandiri yang mensubsidi, tidak. Yang pemerintah (malah) mensubsidi pasien BPJS mandiri karena pemakaiannya sudah di atas 400%. Itu data, klaim rasionya sudah melebihi platformnya," pungkasnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Selanjutnya, dicontohkan Terawan pelayanan berlebihan, seperti, sectio caesarea atau operasi sesar untuk ibu melahirkan tercatat sangat tinggi yakni Rp 260 triliun pada 2018. Selain itu, biaya pengobatan sakit jantung juga mencapai Rp 10,5 triliun di tahun yang sama.
"Artinya apa? Terjadi pemborosan yang luar biasa untuk yang tidak seharusnya dilakukan tindakan, (malah-red) melakukan tindakan," tuding Menkes Terawan.
BPJS Kesehatan sendiri sejak lama mengeluhkan besarnya biaya pada beberapa jenis tindakan. Pengobatan katarak, bayi baru lahir, dan rehabilitasi medik disebut mencatatkan pengeluaran yang sangat besar.
Baca Juga: Terapi Jeruk Nipis Selain Untuk Kecantikan Kulit, Ternyata Juga Bermanfaat Untuk Otak dan Mata
"Operasi katarak mencapai 2,6 triliun. Bayi sehat yang ditagihkan secara terpisah dari ibunya sekitar 1,1 triliun. Rehabilitasi medik 960 miliar.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar