GridHEALTH.id - Nama Reynhard Sinaga masih terus menjadi bulan-bulanan warganet atas kejahatan sekual yang dilakukannya pada 190 pria di Manchester.
Meski insiden mengerikan tersebut sudah terjadi pada 2017 lalu, namun rupanya berbagai fakta mengenai Reynhard Sinaga baru terkuak belakangan ini.
Bahkan seluk beluk keluarga Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga turut tersingkap.
Pria berusia 36 tahun yang kini dijuluki sebagi predator seksula itu diketahui sebagai anak yang pendiam.
"Anak lelakiku adalah anak pendiam yang rajin ibadah. Dia ke gereja setiap Minggu pagi," ungkap ibunda Reynhard Sinaga, Normawati Sinaga dalam The Sunday Times.
Tak hanya itu, Normawati menyebut anaknya memilih tinggal di Manchester ketimbang di Indonesia yang dinilai tidak cocok untuknya.
"Dia (Reynhard) mengatakan Indonesia bukan tempat yang baik untuk hidup baginya dan dia merasa nyaman tinggal di Manchester," tambahnya.
Meski demikian, jauh sebelum kasus ini terekspos, ibunda Reynhard Sinaga ini rupanya sudah meminta sang anak untuk kembali ke Indonesia.
Baca Juga: Seorang Remaja Tiba-tiba Kejang, Diselamatkan Temannya Via Online Sejauh 8000 Kilometer!
Sayangnya, Reynhard merasa enggan hingga akhirnya ia tertangkap atas kasus kejahatan seksual yang menelan ratusan korban.
Reynhard Sinaga tertangkap usai dipukuli korbannya yang merupakan pemain rugbi dan akhirnya melaporkan perbuatan menjijikan tersebut ke polisi.
Pemain rugbi tersebut rupanya memberontak dan memukuli Reynhard usai terbangun dari pingsan.
Diketahui, sang predator seksual itu melancarkan aksinya dengan mencekoki minuman keras dan membius korban hingga tak berdaya.
Adapun obat bius yang digunakan adalah jenis gamma-hydroxybutyrate (GHB).
Dalam laman Alcohol.org, GHB umumnya berbentuk cair bening atau bubuk putih yang bisa dilarutkan dalam cairan.
Sayangnya, obat ini sering disalahgunakan oleh orang dewasa muda dan remaja untuk memerkosa, inilah alasan GHB disebut sebagai 'date rape'.
Drug Enforcement Administration (DEA) melaporkan jika obat ini dicampur dengan alkohol akan sangat berbahaya karena dapat memperlambat beberapa fungsi vital yang menopang hidupnya sistem saraf pusat dan keduanya dapat memengaruhi dalam perubahan pikiran secara signifikan.
Alkohol dan GHB bekerja pada bagian otak yang membantu mengontrol gerakan dan koordinasi, memori dan kemampuan pengambilan keputusan, dan pengaturan suasana hati.
Tingkat neurotransmiter, seperti dopamin dan asam gamma-aminobutyric (GABA), akan meningkat dengan adanya zat-zat ini.
Kadar dopamin yang tinggi di otak bisa menyebabkan pengguna merasa senang dan mabuk, sementara kadar GABA yang tinggi berfungsi untuk menekan reaksi "melawan atau lari" dan memperlambat fungsi sistem saraf pusat.
Ketika GHB dan alkohol dicampur, semua efek samping ini meningkat, dan seseorang dapat menjadi mabuk lebih cepat dan lebih rentan terhadap konsekuensi negatif.
Journal of Clinical Psychopharmacology melaporkan, campuran dari dua depresan ini juga dapat menyebabkan mengantuk dan amnesia (kehilangan ingatan) sekaligus juga mengakibatkan overdosis yang berpotensi mengancam jiwa.
Uniknya, obat ini akan cepat dimetabolisme dan bahkan dinilai tidak akan terdeteksi di dalam urine atau darah dalam waktu 12 jam setelah pemakaian, dalam laporan NCBI.
Terlebih, menurut Oxford Treatmen Center, alkohol bisa meningkatkan seberapa cepat obat tersebut dimetabolisme keluar dari tubuh.
Baca Juga: Serba Serbi Makanan Organik, Siapa Sangka Ada Konsekwensinya yang Ironisnya Kerap Terabaikan
Sehingga dalam waktu 30 menit hingga 1,5 jam, GHB dapat sepenuhnya dihilangkan dari tubuh jika dicampur dengan alkohol.
GHB dapat memiliki potensi kecanduan jika digunakan berulang kali.
Terlepas dari itu, ibunda Reynhard Sinaga yang mengetahui anaknya dipukuli pria bertubuh besar itu tak terima anaknya disiksa.
"Bayangkan seorang lelaki Indonesia kecil dipukuli oleh orang Barat yang besar dan tinggi. Saya bertanya apakah ini cerita karangan," tegas ibunda Reynhard Sinaga. (*)
Source | : | The Sunday Times |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar