Mereka pun mengusulkan beberapa solusi. Salah satunya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memaksimalkan makanan yang ada.
Hal ini bisa dimulai dari program edukasi di sekolah dan perusahaan.
Baca Juga: Madu dan Gula Sama Saja, Sama-sama Bisa Membunuh Penderita Diabetes
Lalu, pemerintah juga dihimbau untuk membuat panduan manajemen makanan di rumah.
Selain itu, pelabelan makanan yang lebih akurat juga dapat mengurangi sampah makan di tingkat konsumen.
Penggunaan istilah “Sell by” (dijual sampai), “best by” (terbaik sampai) dan “use by” (gunakan sampai); misalnya, seringkali membuat konsumen kebingungan.
Baca Juga: Heboh Soun Cap Ayam Campur Kaporit, Konsumen Berisiko Terkena Kanker, Ini Kata Ahli
Untuk makanan yang memang harus dibuang, para peneliti mengusulkan untuk melakukan pendekatan sirkular dan memasukkannya kembali dalam rantai produksi.
Salah satu contohnya dari produksi biogas dari sampah makanan. Lalu, ada juga ide yang lebih kreatif seperti start up Orange Fiber di Italia yang memproduksi kain dari ampas produksi jus jeruk.(*)
#berantasstunting
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan Judul Indonesia Kurang Gizi tapi Suka Buang-buang Makanan
Source | : | Kompas.com,depkes.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar