GridHEALTH.id - Roy Kiyoshi diamankan Satnarkoba Polres Jakarta Selatan, Kamis (7/5/2020).
Saat penggeledahan polisi menemukan 21 butir psikotropika dikediaman Roy kiyoshi di kawasan Jakarta Barat.
Hal diungkapkan langsung oleh Kasat Narkoba Polres Jakarta Selatan, Kompol Vivick Tjangkung saat memberikan keterangan resmi, Jumat (8/5/2020).
“Barang bukti kurang lebih 21 butir jenis psikotropika,” kata Vivick.
Lebih lanjut, ia mengatakan Roy Kiyoshi dinyatakan positif mengonsumsi benzo atau benzodiazepin setelah menjalani tes urine.
“Tadi saya sudah sampaikan jenis-jenis psikotropika dan pada saat kami lakukan tes urine, positif benzo,” ucap Vivick menambahkan.
Baca Juga: Indra Penciuman yang Selalu Menjadi Alat Andalan Meramal Roy Kiyoshi tak Ampuh Lagi, Karena Masker?
Baca Juga: Kenapa Aroma Kentut Setiap Orang Berbeda-beda? Simak Penjelasannya
Diketahui, Benzo atau disebut Benzodiazepin adalah jenis psikotropika yang kerap digunakan sebagai obat penenang.
Melansir WebMD, karenanya Benzodiazepin sering disalahgunakan pemakainya.
Baca Juga: Yang Terjadi Ketika Pandemi Virus Corona Tak Bisa Dihentikan
Obat ini biasanya ditambahkan ke minuman yang mengandung alkohol atau bahkan minuman bersoda dalam bentuk bubuk atau cair dan mungkin sulit untuk dirasakan.
Meskipun banyak juga kegunaannya, obat ini harusnya didapatkan melalui resep dokter.
Baca Juga: 4 Kelebihan Tempe yang Disepelekan, Baik untuk Gula Darah hingga Saat Pandemi Virus Seperti Saat Ini
Pasalnya penggunaan benzodiazepin dosis tinggi dapat menyebabkan ketergantungan obat yang menghasilkan efek samping serius.
Efek samping yang dialami mereka yang menyelahgunakannya bisa berupa gejala kantuk, lemas, pusing, penglihatan kabur, sulit bernapas, bicara tidak jelas, kebingungan, hingga anoreksia.
Baca Juga: Tak Boleh Mandi di Saat Hujan Deras, Ternyata Ini Bahayanya
Tanda-tanda penyalahgunaan kronis terhadap psikotropika ini tidak menentu, orang yang menyalahgunakan benzo mungkin mengalami perubahan dalam penampilan dan perilaku yang mempengaruhi hubungan dan kinerja kerja.
Bahayanya jika seseorang telah ketergantungan dapat menyebabkan gejala penarikan berupa kejang dan bahkan koma ketika dihentikan secara tiba-tiba.
Baca Juga: Indonesia Segera Jalankan Fase Pemulihan Ekonomi Akibat Covid-19
Meskipun banyak kegunaannya, benzodiazepin dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis.
Gejala biasanya muncul antara 3-4 hari hingga 2 minggu setelah penggunaan terakhir, tapi gejala-gejala itu juga bisa saja muncul lebih awal.
Meski demikian, Vivick berujar bahwa kondisi Roy Kisyoshi dalam keadaan baik.
Pria yang dikenal sebagai anak indigo itu pun tampak ditemani oleh orangtuanya.
“Kondisinya sangat baik, sehat-sehat dan orangtuanya juga sudah berkunjung,” ujar Vivick lagi.
Penting diketahui, psikotropika jenis Stimulan, bersifat menstimulan sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus sehingga meningkatkan kerja. Misalnya meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, pengecilan pupil, dan peningkatan gula darah.
Psikotripika jenis Euforia, bersifat membuat pemakai berprasaan nyaman dan gembira, bahkan dapat menyebabkan orang mabuk dan kacau.
Sedangkan psikotripika jenis Halusinogen, bersifat menimbulkan perasaan khayalan (halusinasi) yang memengaruhi persepsi yang kuat pada penglihatan, pendengaran subjek serta peningkatan emosional.
Adapun psikotripika jenis Depresan, bersifat menurunkan susunan saraf pusat menjadi pasif. Secara medis berguna untuk mengurangi rasa cemas dan gelisah, meredakan ketegangan jiwa, pengobatan darah tinggi dan epilepsi dan merangsang cepat tidur.
Benzo yang digunakan ana indigo Roy Kiyoshi adalah psikotrapika jenis depresan.
Selain benzo psikotropika dalam jenis atau kelompok ini ada; barbiturat (pil tidur), opiat, morfin, metadon, codein, opium, h eroin, etanol, anastetik, serta obat-obat penenang seperti valium (diazepam).(*)
Baca Juga: Update Covid-19; Ditemukan Fakta Baru, Positif Palsu pada Ratusan Pasien di Korea Selatan
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar