Rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrillation).
Rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care).
Semua rumah sakit memiliki tim kode biru yang akan merespons kode ini dalam beberapa menit. Tim ini terdiri dari dokter, perawat, terapis pernapasan, dan apoteker. Alasan umum untuk mengaktifkan code blue meliputi:
1. Henti jantung, seperti serangan jantung atau aritmia berbahaya
2. Henti pernapasan (saat seseorang berhenti bernapas)
3. Ketika seseorang menjadi sangat bingung, tidak waspada, atau menunjukkan tanda-tanda stroke
4. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba dan parah
"Code blue dipakai untuk memberi tahu kalau ada pasien atau pengunjung RS atau karyawan RS yang mengalami kegawatan medis seperti henti jantung atau henti napas jadi perlu bantuan resusitasi segera," kata dr.Yance Tengker dari RSAL dr.Oepomo Surabaya, Jawa Timur, seperti dikutip Kompas.com.
Baca Juga: Anies Bawesdan Khawatirkan Mortalitas Covid-19 di DKI; 'Sudah di Atas Angka Rata-rata Dunia'
Baca Juga: Berjemur Memperkuat Kekebalan Tubuh Melawan Virus Corona, Jam Berapa Waktu yang Tepat?
Menurut Yance, code blue asma berarti pasien mengalami asma berat yang dapat berujung gagal napas, yang mungkin terjadi pada almarhum Didi Kempot. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Artikel ini sebagian telah tayang di Kompas.com dengan judul "Memahami Istilah "Code Blue" Asma dalam Dunia Medis", https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/05/134740020/memahami-istilah-code-blue-asma-dalam-dunia-medis?page=all.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar