GridHEALTH. id - Belakangan ini, viral beberapa pusat perbelanjaan atau mal yang dipenuhi ratusan hingga ribuan warga yang berbeuru baju lebaran.
Meski sudah diperingatkan oleh pemerintah untuk melakukan physical distancing atau jaga jarak fisik, nyatanya beberapa orang masih tak mengindahkan anjuran tersebut.
Baca Juga: Demi Baju Lebaran, Warga Rela Berdesakan di Zona Merah Covid-19 di Tanah Abang
Bahkan kabarnya, peningkatan jumlah pasien positif virus corona (Covid-19) pun meningkat hingga hampir 1.000 orang usai warga tersebut menyerbu pusat perbelanjaan.
Padahal diketahui, virus corona sebenarnya bisa menyebar dengan mudahnya di toko-toko baju tersebut.
Seorang ahli epidemiologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Panji Fortuna Hadisoemarto mengungkapkan bahwa toko baju merupakan tempat yang ideal bagi virus corona untuk menyebar.
Menurutnya droplet dari pembawa virus corona (carrier) bisa menempel di permukaan benda-benda yang ada di pusat perniagaan.
Jika permukaan benda yang terkena droplet ini disentuh, maka virus dapat berpindah dan menginfeksi orang yang menyentuhnya.
“Potensi penyebaran tinggi. Bayangkan masyarakat menganggap situasi saat ini normal dengan berdesakan di toko baju, toko emas, tanpa mempertimbangkan protokol kesehatan, ini sangat meningkatkan risiko penularan,” ujar Panji.
Tak hanya sebarkan virus corona, baju lebaran juga bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Sebagian besar zat kimia yang digunakan dalam pewarnaan kain dan benang tidak ramah untuk kulit.
Baca Juga: Viral Tenaga Medis Pingsan hingga APD Harus Digunting, Dehidrasi usai Antar Jemput Pasien Covid-19
Bukan hanya zat kimia saat proses produksi baju, tapi partikel berbahaya ketika pendistribusian baju juga mengancam kesehatan kulit jika dipakai sebelum dicuci.
Artinya, memakai baju baru sebelum dicuci terlebih dahulu, berpotensi menimbulkan reaksi alergi dan iritasi mungkin besar.
Sementara itu, Donald Belsito, seorang profesor dermatologi di Columbia University Medical Center, New York juga mengatakan kandungan azo-anilin atau resin formaldehida pada baju baru dapat menyebabkan ruam dan gatal-gatal.
Formaldehida adalah zat berwujud gas tidak berwarna yang diaplikasikan pada produk pakaian untuk menghindari pakaian jadi berkerut atau kusut.
Baca Juga: Viral Tenaga Medis Pingsan hingga APD Harus Digunting, Dehidrasi usai Antar Jemput Pasien Covid-19
Zat tersebut juga berfungsi mengurangi pembentukan jamur pada kain yang sudah ditumpuk atau disimpan dalam waktu lama.
Terlepas dari manfaatnya, formaldehida tidak hanya berpotensi memicu iritasi dan reaksi alergi, sejumlah ilmuwan bahkan mempercayai jika bahan kimia tersebut dapat meningkatkan risiko kanker.
Donald berpendapat jika kamar ganti dan gudang penyimpanan yang ada di toko merupakan tempat berkembang biaknya bakteri, kutu, dan jamur.
"Saya telah melihat kasus kutu yang mungkin ditularkan saat mencoba baju di dalam toko, serta ada penyakit menular tertentu yang dapat ditularkan melalui pakaian," tambah Donald yang merekomendasikan pencucian dua kali sebelum baju baru dipakai.
Oleh sebab itu, Centers of Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan agar baju lebaran baru atau baju yang habis dikenakan di luar harus segera dicuci dengan air panas.
Selain dengan air dengan panas secukupnya, CDC juga menyarankan penggunaan deterjen secara bersamaan.
Air panas dan sabun terbukti efektif menonaktifkan virus corona.
Bahkan disebutkan pula bahwa semakin panas air akan semakin baik.
CDC mengatakan, suhu di atas 75 derajat Celsius dapat membunuh sebagian besar virus penyebab flu.
Pencucian baju bisa dilakukan baik menggunakan tangan maupun mesin.
Yang terpenting, pastikan mencuci tangan setelah memegang baju yang kotor.
Jika belum sempat mencuci baju dengan segera, disarankan untuk menyimpan baju di dalam tas bersih dan tertutup hingga nanti dicuci.
Jangan lupa pula untuk membersihkan dan menyemprotkan disinfektan ke tempat penyimpanan baju itu setelah kosong. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | ncbi,CDC |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar