GridHEALTH.id - Kasus pasien corona yang kabur saat di karantina kembali terjadi.
Kali ini giliran seorang pasien corona di Kota Ambon TT (60) dilaporkan kabur dari lokasi karantina, Sabtu (6/6/2020).
Menurut Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon, Joy Adriansz, wanita paruh baya itu kabur usai memanfaatkan kelengahan petugas yang berjaga di lokasi karantina.
Setelah kabur, TT langsung menuju ke rumahnya di salah satu kelurahan di Kecamatan Nusaniwe Ambon.
Sementara itu dikonfirmasi secara terpisah, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Maluku, Meykal Pontoh juga membenarkan salah satu pasien positif corona berinisial TT telah kabur dari lokasi karantina.
“Iya betul. Sudah dilakukan pendekatan tapi saya dapat laporan kayaknya suaminya menolak, tapi gugus tugas tetap akan menjemput pasien itu,” ujarnya.
Baca Juga: 80% Infeksi Covid-19 Tidak Timbulkan Gejala, Siapapun Bisa Tertular
Saat disinggung soal penyebab hingga wanita berusia 60 tahun itu memilih kabur dari lokasi karantina, Pontoh menduga kemungkinan pasien tersebut merasa jenuh.
“Saya tidak tahu berapa lama dikarantina, tapi mungkin dia (TT) merasa jenuh ya bosan, apalagi kalau dikarantina lama, jadi mungkin karena jenuh,” ujarnya.
Baca Juga: Baru Sehari PSBB Transisi Diberlakukan, di Pasar Pandemi Covid-19 Seakan Telah Usai
Terlepas dari itu, melihat kejadian ini tentu sangat disayangkan.
Pasalnya apa yang dilakukan TT tersebut sangat membahayakan dirinya juga orang-orang disekitar.
Baca Juga: Bukti Ahli Santet Juga Manusia, Bisa Sakit, Ki Gendeng Pamungkas Menyerah Oleh Diabetes
Menurut Prof Jonathan Ball selaku ahli virus dari Universitas Nottingham kepada BBC, perawatan baik itu karantina maupun isolasi berguna untuk meminimalisir penyebaran virus corona.
Sebab diketahui virus corona sangat mudah dan cepat sekali penularannya.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus corona antar manusia sering terjadi dalam kontak dekat, yakni sekitar 1,8 meter.
Penyebaran dari orang ke orang ini terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan dari air liur ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Tetesan ini dapat mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru.
Baca Juga: Nyaris Terulang, Polisi Cegah Keluarga Bawa Kabur Jenazah PDP Corona di Bitung Sulawesi Utara
Perlu diketahui, pasien yang dirawat inap atau diisolasi diberikan perawatan untuk melawan gejala-gejala penyakit, selagi sistem kekebalan tubuh mereka memerangi virus.
Apalagi dalam beberapa kasus pasien Covid-19 bisa mengalami pneumonia, sehingga membuatnya membutuhkan alat bantu pernapasan oksigen bahkan sampai seperti ventilator.
"Jika seorang pasien menunjukkan gejala (kesulitan) bernapas, mereka (pihak rumah sakit) akan memberi bantuan untuk bernapas. Jika ada tekanan pada organ tubuh, mereka akan mencoba mendukung tubuh untuk meringankan tekanan," kata Prof Ball.
Sehingga seorang pasien yang dinyatakan positif virus corona sebaiknya tidak menolak untuk dikarantina ataupun diisolasi.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,CDC,BBC |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar