GridHEALTH.id - Aksi pasien positif Covid-19 yang mencoba melarikan diri kembali terjadi lagi.
Kali ini giliran pasien positif Covid-19 di RSUD Hendrikus Fernandes Larantuka, Flores Timur, NTT yang mencoba kabur pada Kamis (18/6/2020) waktu setempat.
Menurut pemberitaan, percobaan melarikan diri itu dipicu karena hasil Swab pasien masih menunjukan positif Covid-19.
Dimana hasil Swab positif tersebut merupakan yang keenam kalinya.
Dilansir dari Kompas.com (18/6/2020), pasien positif Covid-19 yang tidak disebutkan namanya itu diisolasi sejak awal Mei 2020, atau lebih dari satu bulan menjalani perawatan.
Baca Juga: Hilangkan Penat Disaat Pandemi Covid-19 dengan Aktivitas yang Bisa Mengecilkan Perut
Baca Juga: Saat Corona Pengunjung Situs Porno Meningkat Tajam, Hati-hati Picu Kecanduan
Pasien yang berasal dari klaster KM Lambelu itu telah menjalani enam kali tes Swab, namun seluruh hasilnya masih positif Covid-19.
Alhasil pasien itu disinyalir frustasi dan emosi keluar ruangan isolasi hendak kembali ke rumahnya.
Beruntung, petugas medis sempat mencegahnya dan melakukan beberapa pendekatan.
Pasien itu bersedia kembali dirawat usai dibujuk melakukan tes swab ketujuh.
"Kami membujuk pasien itu agar bersabar, besok pukul 08.00 Wita akan dilakukan pengambilan swab yang ketujuh," kata Sanny, Direktur RSUD Hendrikus Fernandes Larantuka.
Diketahui tes Swab merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi virus corona dengan mengambil sampel apus dari saluran pernapasan, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca Juga: Ibunya Dokter yang Meninggal Karena Covid-19, Mahasiswi Kedokteran Ini Putuskan Jadi Relawan
Sampel ini kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya DNA virus corona.
Namun terlepas dari itu, penting untuk disadari bahwa isolasi bagi pasien positif Covid-19 berguna untuk meminimalisir penyebaran virus corona.
Sebab diketahui virus corona sangat cepat sekali penularannya.
Baca Juga: Berani Korupsi Dana Covid-19, Kapolri Idham Azis; Curang Saya Sikat, Hukumannya Berat
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus corona antar manusia sering terjadi dalam kontak dekat, yakni sekitar 1,8 meter.
Penyebaran dari orang ke orang ini terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan dari air liur ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mirip dengan bagaimana influenza dan patogen pernapasan lainnya menyebar.
Baca Juga: Cara Stay at Home Unik Hadapi Corona, Wanita Kuba ini Membuat Oranglain Tersenyum
Menurut Prof Jonathan Ball selaku ahli virus dari Universitas Nottingham kepada BBC, tetesan ini dapat mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru.
Mereka yang dirawat inap atau diisolasi diberikan perawatan untuk melawan gejala-gejala penyakit, selagi sistem kekebalan tubuh mereka memerangi virus.
Apalagi dalam beberapa kasus pasien Covid-19 bisa mengalami pneumonia, sehingga membuatnya membutuhkan alat bantu pernapasan oksigen bahkan sampai seperti ventilator.
"Jika seorang pasien menunjukkan gejala [kesulitan] bernapas, mereka [pihak rumah sakit] akan memberi bantuan untuk bernapas. Jika ada tekanan pada organ tubuh, mereka akan mencoba mendukung tubuh untuk meringankan tekanan," kata Prof Ball.
Sehingga seorang pasien yang dinyatakan positif virus corona sebaiknya tidak menolak untuk dikarantina ataupun diisolasi saat hasil tes menunjukan positif Covid-19.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,CDC,BBC |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar