GridHEALTH.id - Alergi makanan memang bisa terjadi di usia berapapun, tapi kasus seperti alergi susu kebanyakan terjadi di usia dini alias 1000 hari pertama kelahiran.
Alergi susu ini terjadi karena respons tak normal pada sistem kekebalan tubuh bayi, terhadap susu ataupun produk yang mengandung susu.
Alergi susu sapi dapat menyebabkan bayi mengalami anafilaksis, yakni keadaan darurat yang membutuhkan perawatan medis segera.
Menurut Mayo Clinic, anafilaksis adalah reaksi parah yang dapat mengancam nyawa bayi, karena menyempitnya saluran pernapasan bayi.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orangtua mendeteksi alergi makananseperti susu ini pada anaknya masing-masing.
Namun di masa pandemi virus corona (Covid-19) seperti saat ini, tak bisa dipungkiri bahwa gangguan kesehatan yang dialami anak kerap membuat gamang orangtua.
Apakah gejala yang terjadi pada anak akibat infeksi seperti virus corona atau si Kecil mengalami alergi makanan.
Baca Juga: Dua Bulan Lockdown, Sepatu hingga Kursi Bioskop Mulai Berjamur, Awas Bahaya Bagi Sistem Pernapasan!
Baca Juga: Hanya dengan Puasa Penderita Alergi Terbeas dari Aneka Gangguan dan Siksaan Hidup
Untuk membedakan hal tersebut, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, selaku Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, memberikan cara mudah dalam mendeteksi alergi anak saat pandemi.
Cara mudah tersebut ia bagikan saat menjadi narasumber di acara virtual gathering Bicara Gizi "Allergy Prevention" yang diselenggarakan oleh Danone SN Indonesia pada Kamis, (25/06/20).
Baca Juga: Takut Gunakan Pembersih Disinfektan Kimia? Yuk Buat Versi Alami, Bahan Dasarnya Jeruk
Menurutnya untuk mendeteksi ganguan kesehatan yang terjadi pada anak disebabkan oleh alergi atau infeksi, kita dapat melihat dari gejala yang muncul.
"Ada tidak demam? Kemudian bagaimana ini kejadiannya (batuk atau pileknya)? apakah terjadi sepanjang hari atau lebih ke malam hari? bagaimana ingusnya? apakah kental dan berwarna?," ucap Budi.
"Apabila dia ada demam, kemudian batuk pileknya muncul pada pagi dan malam hari, kemudian ia juga keluar ingusnya kental dan berwarna, ini kemungkinan karena infeksi," terangnya.
Budi mengatakan bahwa jika alergi biasanya gejala yang timbul tidak terkait dengan demam.
Selain itu, gejala batuk atau pilek yang ditimbulkan juga biasanya terjadi utamanya pada malam hari.
Begitu juga dahak dan ingus anak biasanya bening dan tidak berwarna.
Budi menegaskan bahwa penting bagi setiap orangtua mendeteksi alergi anak sejak dini, apalagi jika mereka memiliki riwayat alergi juga.
Baca Juga: Bayi 10 Bulan di Pekanbaru Langsung Positif Covid-19 Usai Melayat Pasien Corona Kerabat Orangtuanya
Dampak alergi lebih dari sekedar gejala yang dialami anak. Alergi memiliki dampak yang signifikan bagi si Kecil, keluarga bahkan masyarakat.
“Bagi si Kecil, alergi dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung. Selain itu anak dengan alergi juga mengalami keterlambatan pertumbuhan. Sementara dampak ekonomi yang harus dihadapi keluarga adalah meningkatnya biaya pengobatan dan biaya tidak langsung,” ujar Prof. Budi.
Baca Juga: Covid-19 Bikin Emosi Seorang Suami Memuncak, Tega Melempar Istrinya Dari Lantai 5 Rumah
Terlebih dalam dua dekade terakhir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat adanya peningkatan angka kejadian alergi pada anak di Indonesia, bahkan alergi susu sapi pada dermatitis atopik ditemukan hingga 60%.
Alergi yang terjadi pada awal kehidupan juga akan meningkatkan risiko manifestasi alergi lain di masa depan, atau dikenal dengan Allergic March. Oleh karena itu mulailah deteksi alergi anak sejak dini.(*)
Baca Juga: Sabar Kang Emil, Ridwan Kamil; Jawa Barat Kembali Dilanda Wabah Penyakit Lain Selain Covid-19
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Mayo Clinic,Gridhealth.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar