Pemberitaan The Guardian tertanggal 12 Juli 2020 berjudul "Indonesia is failing to control coronavirus outbreak, say experts", yang kuranglebih lebih jika di Indonesiakan adalah; "Indonesia gagal menangani wabah virus corona, kata para pakar."
"Negara dengan dampak terparah di Asia Tenggara terhambat oleh kurangnya pengujian, buruknya komunikasi dari pemerintah, dan promosi obat palsu," demikian bunyi paragraf pembuka di The Guardian.
Hal itu tentu mengingatkan kita prihal obat yang Covid-19 yang belakangan marak digembar gemborkan, padahal belum ada hasil uji klinisnya. Misal, obat dari Ningsih Tinampi, obat herba.cov dari seseorang yang mengaku profesor bernama Hadi Pranoto.
Dalam artikelnya, The Guardian yang diluncurkan pada 1999, mengutip ucapan Profesor Pandu Riono, pakar penyakit menular di Universitas Indonesia, yang mengatakan bahwa penularan akan terus berlanjut jika warga tidak menerapkan social distancing.
Kalung anti corona yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (Kementan) juga menjadi sorotan, lantaran menimbulkan kontroversi di Indonesia.
Kondisi itu diperparah dengan beberapa pasien yang berbohong tidak ada kontak dengan pasien positif Covid-19.
"Itu semakin menyulitkan petugas untuk menentukan risiko penularan," tulis The Guardian.
Baca Juga: Penjelasan Istana Setelah Potret Jokowi dan Menterinya Rapat Tanpa Pakai Masker Beredar
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar