GridHEALTH.id - Kabar kurang mengenakan kembali menerpa dunia hiburan Tanah Air.
Penyanyi senior Iis Sugianto dikabarkan sempat menderita infeksi virus corona (Covid-19).
Baca Juga: Gejala Baru Covid-19 Selain Demam; Kehilangan Sensitivitas Indera Penciuman dan Perasa
Awalnya, Iis Sugianto tidak mengira jika dirinya positif Covid-19 lantaran hasil tes laboratorium menyatakan jika penyanyi 58 tahun tersebut hanya menderita sakit tifus.
Tak hanya itu, ia juga sempat menjalani rapid test namun hasil menunjukan bahwa Iis Sugianto non reaktif Covid-19.
Baca Juga: Pondok Ranggon 5,5 Bulan Lalu dan Sekarang, Patuhi Protokol Kesehatan atau Jadi Penghuninya
Namun, Iis tetap dirawat di rumah sakit dan keesokan harinya dokter penyakit dalam memeriksa kondisi paru-parunya yang mencurigakan.
"'Bu Iis kelihatannya hasil thorax paru-paru Bu Iis mencurigakan. Paru-paru Bu Iis seperti ada lendir, ini harus swab test ya," ujar Iis Sugianto mengulangi kalimat dokter, dikutip dari Kompas.com.
Selang beberapa jam hasilnya ia dinyatakan positif Covid-19 dan harus pindah ke rumah sakit khusus penanganan virus tersebut.
Selain mengalami demam tinggi, Iis menuturkan gejala awal Covid-19 yang dialaminya.
"Kalau kepada saya (dampaknya) demam tinggi, tetapi saya tidak sesak, tidak batuk, dan penciuman masih ada," tutur Iis Sugianto.
"Tetapi tidak ada nafsu makan karena lidah saya tidak ada rasa sama sekali. Seperti ada rasa belerang dan rasa kalau asin, asin sekali, kalau manis, manis sekali," jelasnya lagi.
Melansir The Independent, British Association of Otorhinolaryngology (ENT UK) mengatakan gejala baru ditemukan pada pada seseorang yang terinfeksi virus corona tapi tidak ditemukan gejala umum seperti yang diutarakan WHO.
Para profesor menyerukan siapa saja yang memiliki gejala kehilangan indra penciuman dan perasa untuk mengisolasi diri selama tujuh hari untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
WHO yang mewakili ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan (THT), mengatakan gejala tersebut disebut anosmia.
Profesor Claire Hopkins, presiden British Rhinological Society, dan Profesor Nirmal Kumar, presiden THT UK, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa ada peningkatan mendadak "dalam kasus anosmia terisolasi" di Inggris, AS, Prancis dan Italia utara.
"Saya pikir pasien-pasien ini mungkin beberapa dari pembawa tersembunyi yang sampai sekarang telah memfasilitasi penyebaran cepat Covid-19," katanya.
"Sayangnya, pasien-pasien ini tidak memenuhi kriteria saat ini untuk pengujian atau isolasi diri," lanjutnya.
Sementara itu, Dr. Hendrik Streeck dari Institut Virologi di Jerman juga menyampaikan bahwa dokter di University Hospital Bonn mendapati 70% pasien Covid-19 tak peka bau dan rasa selama beberapa hari.
Baca Juga: Direktur CDC; Kesaktian Masker Terhadap Covid-19 Lebih Baik Ketimbang Vaksin
"Ada ibu yang tidak bisa mencium bau popok anaknya yang sudah penuh kotoran. Ada yang tidak bisa mencium bau sampo. Ada yang mengeluh makan terasa hambar," ungkap Streeck dikutip dari Frankfurter Allgemeine.
Selain masalah pada indera perasa, Iis SUgianto juga mengalami kondisi darah yang sedang tidak normal.
"Ketika itu, kekentalan darah saya sampai tiga kali di atas orang normal. Itu juga untung dirawat dan dijaga oleh dokter sehingga kekentalan darah saya bisa terjaga. Nah itu keuntungan saya dirawat," kata Iis Sugianto.
Usai Divonis mengidap Covid-19, Iis merasa jika kemungkinan umurnya tak panjang lagi akibat tingkat kesembuhan hanya 50%.
Baca Juga: Mantan Wamenlu Dino Patti Djalal Kena Covid-19, Kondisi Dikabarkan Menurun
"Yang ada dalam pikiran saya waktu itu adalah anak-anak. Saya dalam keadaan 50 persen saya sembuh, 50 persen inilah akhir hidup saya. Dan saya ingin berkirim surat buat anak-anak saya," kata Iis Sugianto. (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,The Independent |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar