GridHEALTH.id - Kasus positif Covid-19 di Indonesia yang makin merangkak naik rupanya diimbangi dengan kasus kematian yang mencapai lebih dari 10 ribu orang.
Tercatat hingga Kamis (24/9/2020), ada penambahan 128 pasien Covid-19 meninggal dunia sehingga total kematian Covid-19 mencapai 10.105 jiwa.
Melihat tingginya angka kematian Covid-19 di Indonesia ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman malah menyatakan bahwa ada data kematian di lapangan jauh lebih tinggi.
Melansir Kompas.com, ia menyebut bahwa angka sebenarnya yang terjadi di lapangan kemungkinan 3 kali lipat lebih tinggi dari laporan pemerintah.
Dicky menyatakan bahwa banyak kasus Covid-19 di Indonesia yang tidak terdeteksi.
Sebab, ini merupakan dampak dari rendahnya cakupan tes sejak awal pandemi virus corona mulai merebak di Indonesia.
Akan tetapi, masalah testing sampai saat ini tak kunjung bisa diselesaikan.
"Ini menjadi bukti bahwa penyebaran Covid-19 di Indonesia cepat. Karena laju penyebaran cepat dan testing rendah, maka banyak kasus tidak terdeteksi. Ini penting dalam kaitan waktu," kata Dicky, Jumat (25/9/2020).
Baca Juga: Dihitung Secara Statistik, Guru Besar UGM Sebut Pandemi Infeksi Covid-19 Berakhir Februari 2021
Menurutnya, angka kematian bisa menjadi indikator valid untuk melihat performa program pengendalian virus corona di satu negara atau wilayah.
"Saya tidak mengatakan gagal, tapi ada satu strategi yang tidak memadai, atau bahkan salah," jelas dia.
"Nah ini menunjukkan kita harus segera melakukan evaluasi cepat dan serius. Artinya strategi kita selama ini tidak tepat," lanjutnya.
Dicky menyampaikan, lebih dari 10.000 kematian akibat Covid-19 merupakan yang terdokumentasikan secara resmi dan diketahui.
"Sementara yang probable atau suspek (dugaan Covid-19) tidak dihitung. Kalau itu dihitung, jumlah kematian (akibat corona) kita itu bisa tiga kali lipatnya," ungkap Dicky.
Dia menjelaskan, ketika kasus suspek dan probable dihitung maka jumlah kematian diprediksi bisa mencapai 30.000 kasus.
Namun, perlu dicatat, ini belum angka sebenarnya.
Dicky menyebut, angka 30.000 itu baru sekitar 80% dari angka sesungguhnya di lapangan.
"Itu pun, menurut saya paling bagus baru 80 persen dari total sesungguhnya," ujar Dicky.
Sementara itu, Dicky menyebutkan jika Indonesia mengacu pada definisi kematian Covid-19 dari WHO, maka pasien suspek termasuk dalam kematian akibat virus corona.
"Kelompok yang masuk kategori kematian Covid-19 adalah kematian, termasuk kasus probable (suspek) maupun terkonfirmasi Covid-19. Kecuali ada penyebab lain yang jelas dari kematian, yang tidak dapat dihubungkan dengan penyakit Covid-19," tulis dalam keterangan International Guidelines fot Certification and Classification (Coding) of Covid-19 as Cause of Death berdasarkan ICD (International Classificatian of Disease). (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar