GridHEALTH.id - Kesembuhan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini menjadi teka-teki tersendiri.
Bagaimana tidak, Donald Trump dikabarkan keluar dari Pusat Medis Walter Reed dalam waktu 3 hari saja.
Padahal diketahui, kondisi kesehatan Donald Trump belum 100% sembuh dari Covid-19.
Kini, Anthony Fauci Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional menyebut, wabah virus corona di Gedung Putih yang menginfeksi puluhan orang sebagai penyebar Covid-19 terbesar atau "superspreader".
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Usai Jumlah Bayi dan Ibu Melahirkan Naik, Kehamilan Meningkat Hingga 500 Ribu
Melihat hal tersebut, Pemerintah AS dinilai kurang transparan mengenai kondisi kesehatan Donald Trump.
Dokter Sean Conley, Dokter Militer Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertugas di Pusat Medis Walter Reed, tempat Presiden Trump dirawat saat ini tidak mau menjawab pertanyaan wartawan apakah Trump sebelumnya diberi bantuan oksigen.
Namun, Conley mengungkapkan bahwa Trump mulai menunjukan gejala klinis covid-19 pada hari Kamis (1/10/2020) sore.
Menurut sumber dari Assosiated Press, orang yang mengetahui kondisi Trump menyebutkan bahwa Trump diberikan oksigen di Gedung Putih pada hari Jumat (2/10/2020) sebelum ia dibawa ke Rumah Sakit Militer.
Baca Juga: Renggut Jutaan Nyawa di Dunia, Virus Corona Nyatanya Punya Kelemahan, Apa Itu?
Dalam hal ini Pemerintah Amerika Serikat dinilai kurang transparan tentang kondisi kesehatan Presiden.
Bahkan, informasi awal bahwa seorang pembantu dekat Presiden telah terinfeksi datang dari media, bukan dari Gedung Putih.
Tak hanya itu, pengobatan yang digunakan Trump yaitu Regeneron Antobody Cocktail juga dipertanyakan manfaatnya.
Mengutip Kompas.com, Fauci menerangkan bahwa berbicara tentang "obat" bisa menyesatkan karena belum terbukti, dan obat yang sekarang tersedia baru terbukti memiliki sedikit hasil sampai sedang.
"Kami tidak memiliki indikasi apa pun - saya pikr Anda benar-benar harus bergantung pada apa yang Anda maksud dengan obat, karena itulah kata yang menyebabkan banyak kebingungan," katanya dikutip dari AFP Sabtu (10/10/2020).
Baca Juga: Nekat Merokok Sambil Berkendara, Siap-siap Didenda HIngga Rp 750 Ribu
Sementara itu, berdasarkan laman resmi Regeneron, pengobatan antibody cocktail (REGN-CoV-2) ini merupakan pengobatan yang dikhusukan bagi pasien rawat inap, dan untuk pencegahan infeksi pada orang yang pernah terpapar Covid-19.
Menurut George D. Yancopoulos, MD, Ph. D., Presiden dan Kepala Pejabat Ilmiah Regeneron, manfaat pengobatan terbesar adalah pada pasien yang tidak meningkatkan tanggapan kekebalan efektif mereka sendiri.
REGN-CoV-2 dapat memberikan pengganti terapeutik untuk tanggapan kekebalan yang terjadi secara alami.
Dosis tertinggi pengobatan disebut mampu meredakan gejala lebih cepat, dibandingkan plasebo bagi pasien yang bergejala ringan yang dirawat di rumah sakit.
Antibody cocktail belum diizinkan untuk digunakan sebagai pengobatan darurat Food and Drug Administration (FDA).
Baca Juga: Tak Perlu Panik, Kenali Cara Membedakan Flu Biasa dengan Infeksi Covid-19
Akan tetapi, dalam sebuah wawancara, Kepala Eksekutif Regeneron Dr. Leonard S.Schleifer mengatakan staf medis Trump menghubungi pihaknya guna meminta izin penggunaan obat, dan telah diizinkan FDA.
Terapi antibody cocktail diberikan sebagai pengobatan satu kali melalui infus.
“Ini mengandung dua antibodi yang disebut antibodi penetral dan pada dasarnya mereka menempel pada protein dalam virus yang membuat virus menjadi kurang aktif, kurang mampu menghindari pengobatan,” kata Dr. Sharon Welbel dari Cook County Health.
Baca Juga: Donald Trump Didesak Angkat Kaki Dari Gedung Putih, Akibat Penanganan Pandemi Covid-19
Terlepas dari itu, pengobatan antibody cocktail yang telah menyembuhkan Donald Trump dalam waktu 3 hari itu konon tengah memasuki masa uji coba di seluruh dunia. (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,AFP,Regeneron.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar