GridHEALTH.id - Sembilan bulan sudah pandemi virus corona (Covid-19) melanda Indonesia.
Namun kasus positif virus corona di sejumlah daerah masih menunjukan peningkatan, seperti di wilayah Kota Bogor salah satunya.
Hingga Minggu (6/12/2020) berdasarkan data dari covid19.kotabogor.go.id total kasus di Kota Hujan tersebut sudah mencapai 3.662 kasus.
Dari jumlah tersebut diketahui 2.917 orang telah dinyatakan sembuh, 647 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit dan 98 orang meninggal dunia.
Wali Kota Bogor Bima Arya bahkan mengatakan, di wilayahnya belasan persen masyarakatnya masih percaya Covid-19 merupakan teori konspirasi.
Hal itu disampaikan Bima saat hadir dalam dialog bertajuk Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan! yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia, Jumat (4/12/2020).
"Ada 19 % dari Warga Bogor yang percaya Covid itu teori konspirasi, 29 % percaya," kata Bima.
Menurut Bima, yang lebih berbahayanya lagi, ada sekitar 50 % warga Bogor yang antara percaya dan tidak terhadap bahaya Covid.
"Kalau dalam politik itu sering disebut swingvoters, tergantung siapa yang ngomong," ucapnya.
Baca Juga: Bayi Ini Bukan Setan atau Alien, Tapi Akibat Terkena Radiasi Plutonium
Bima menambahkan, ada kemungkinan warga Bogor percaya dengan sejumlah sumber. Mulai dari tokoh agama hingga artis.
Maka dari itu, menurut Bima, sudah saatnya Satgas bersama pemerintah daerah bersinergi untuk menciptakam model komunikasi yang bisa diterima masyarakat secara luas.
"Ini setiap momen itu ada polanya ada model komunikasi harus selalu kita perbaiki," jelasnya.
Baca Juga: Pada Hari Thanksgiving Seorang Dokter Memeluk Pasien Covid-19 Lansia di ICU
Sementara itu jika ditilik dari sisi medis, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), datangnya virus corona (Covid-19) memang bisa menimbulkan stres bagi orang.
Ketakutan dan kecemasan tentang penyakit luar biasa, seperti Covid-19 bisa menyebabkan emosi yang kuat pada orang dewasa maupun anak.
Para peneliti telah menemukan bahwa beberapa individu mungkin mengalami masalah kesehatan mental untuk pertama kalinya selama pandemi. Masalah penyesuaian, depresi, dan kecemasan mungkin timbul.
Baca Juga: Sebentar Lagi Tiba, Kandungan Alumunium pada Vaksin Dinilai Merusak Otak, Benarkah?
Sebuah studi tahun 2017 yang tercatat dalam Bulletin of World Health Organization, menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah orang melaporkan kesehatan mental dan masalah psikososial selama wabah penyakit virus Ebola di Sierra Leone.
Oleh karenanya, WHO merekomendasikan untuk mencari informasi hanya dari sumber tepercaya dan terutama sehingga kita dapat mengambil langkah untuk mempersiapkan rencana dan melindungi diri dan orang yang dicintai dari penularan Covid-19.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | tribunnews,CDC,covid19.kotabogor.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar