Pandu memperkirakan kekebalan komunitas tidak akan tercapai hingga sekitar tiga sampai empat tahun.
"Karena itu perkiraan kasar. Untuk mencapai tahapan itu, kita tidak mungkin mendapatkan vaksin yang cukup dalam satu waktu. Kedua, kita juga akan mengalami kesulitan menjangkau wilayah yang jauh dari pelayanan kesehatan. Ketiga, adalah masalah kemungkinan adanya penduduk yang menolak untuk divaksinasi," kata Pandu dikutip dari BBC Indonesia (17/12/2020).
Sehubungan dengan upaya mencapai herd immunity ini, pakar kesehatan publik dari Griffith University, Dicky Budiman, memperingatkan bahwa pemerintah harus melindungi kelompok usia 60 tahun ke atas, yang lebih rentan, sebelum tersedia vaksin yang aman bagi mereka.
Caranya dengan memperkuat apa yang disebutnya strategi fundamental pandemi, yaitu 3T (test, trace, treat) dan 5M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, serta Membatasi mobilitas dan Menjauhi keramaian).
Itu karena vaksin diberikan kepada kelompok usia produktif secara bertahap, tidak serempak, yang berarti risiko penularan tetap ada.
"Karena vaksinasi itu akan efektif setidaknya dua minggu pasca penyuntikan kedua, yang berarti dari suntikan pertama hingga suntikan kedua hingga vaksin efektif bisa butuh waktu satu setengah bulan.
Baca Juga: Fase Menopause Akan Dihadapi Semua Wanita, Perubahan Ini yang Bakal Terjadi Pada Organ Intim
Baca Juga: Memakai Celana Jins yang Jarang Dicuci, Risiko Kesehatan Ini Siap Datang
Baca Juga: Akhir Pekan di Rumah, Mari Membuat Roti 'O yang Populer dan Lezat
"Selama satu setengah bulan itu, orang-orang yang rawan tentunya tidak ada proteksi bila tidak ada 3T dan 5M yang memadai," kata Dicky kepada Kompas Health (06/01/2021).(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar