GridHEALTH.id - Pemberian vaksinasi nasional sudah mulai dijalankan mulai dari bulan Febuari lalu.
Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas.
Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai.
Baca Juga: Kemenkes Akui Vaksinasi Lansia Mengecewakan, Ternyata Ini Penyebabnya
Tak hanya itu, persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan juga harus dipenuhi.
Menurut artikel dari kesmas.kemkes.go.id, pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE).
Dan juga kajian dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group.
Belum lama ini Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, perkembangan program vaksinasi nasional saat ini telah mencapai angka 10 juta vaksin.
Karena itu lah, Indonesia sekarang ini berhasil menjadi salah satu dari empat negara di terbanyak dalam memberikan vaksin di luar negara produksi vaksin.
Di atas Indonesia tedapat Brazil, Turki, dan Jerman yang juga merupakan tiga besar negara yang berhasil memenuhi target vaksin masing-masing.
“Alhamdulillah, hari ini vaksinasi bisa tembus 10 juta. Indonesia punya kecepatan harian vaksinasi mencapai 500.000 suntikan per hari.
Kita harapkan pada Maret dan April, ketika ketersediaan vaksin mencapai 15 juta, kita sudah sesuai kecepatan penyuntikannya,” ujar Budi saat melaporkan perkembangan terkait vaksinasi nasional kepada Presiden Jokowi yang dikutip dari kompas.com, Senin (29/3/2021).
Tak hanya itu, Budi juga menyampaikan laporan penting terkait keterbatasan vaksin yang tengah terjadi di dunia saat ini.
Menurutnya, beberapa negara sekarang ini tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang memicu terjadinya embargo vaksin.
“Lonjakan ini terjadi akibat mobilitas agresif di negara-negara tersebut. Kalau negara-negara produsen vaksin melakukan embargo, tentu bisa mengganggu kedatangan vaksin untuk beberapa bulan ke depan,” kata Budi.
Karena itu lah, ia meminta pemerintah Indonesia untuk lebih cermat dan hati-hati dalam mengatur pemberian vaksin.
“Seperti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kita tidak boleh kehilangan momentum perbaikan lewat pembatasan kegiatan masyarakat (PKM). Jangan sampai ada lonjakan kasus seperti di Eropa,” terangnya.
Budi tidak lupa berpesan kepada masyarakat, khususnya kelompok lanjut usia (lansia), agar berkenan divaksinasi.
“Tolong bantu semua orang tua di atas usia 60 tahun untuk segera diajak vaksinasi. Kita konsentrasi pemberian vaksin ke lansia.
Kalau kita segera vaksinasi lansia, sangat kecil tekanan yang dirasakan tenaga kesehatan (nakes) dan rumah sakit,” ujarnya.
Budi juga menyampaikan, walaupun sudah divaksin oleh pemerintah kita harus tetap menjaga protokol kesehatan dan juga melakukan 3M.
“Meski sudah mendapatkan vaksin, tetap laksanakan 3M. Vaksin tidak membuat kita kebal dan tidak menjamin kita terhindar dari Covid-19, tetapi antibodi kita menjadi lebih baik dan berpotensi lebih cepat sembuh ketika dirawat di rumah sakit,” tegasnya.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,Kementrian Kesehatan |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar