GridHEALTH.id - Demi membuat vaksin virus corona (Covid-19) lebih ampuh, beberapa vaksin rencananya akan dicampur.
Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Gao Fu seperti diberitakan kantor berita China The Paper.
Menurutnya keampuhan vaksin Covid-19 yang sekarang relatif rendah.
Sehingga China kini sedang mempertimbangkan untuk mencampur berbagai vaksin Covid-19 yang ada.
"Pihak berwenang harus mempertimbangkan cara-cara untuk memecahkan masalah, bahwa tingkat efektivitas vaksin yang ada sekarang tidak tinggi," ungkap Gao Fu.
Ini dilakukan untuk membuat vaksin lebih ampuh lagi dalam melawan virus corona.
Pernyataan ini pun cukup menghebohkan "Negeri Panda" tersebut, pasalnya ia adalah Ilmuwan China ternama yang pertama kali mengungkap ide ini dihadapan publik.
Sebelumnya juga Gao Fu menekankan cara terbaik untuk mencegah penyebaran Covid-19 saat ini adalah vaksinasi.
Diketahui vaksin sendiri adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Dimana saat ia dimasukan ke dalam tubuh diharapkan mampu memicu produksi antibodi untuk memberikan kekebalan.
Baca Juga: Mutasi Virus Corona E484K 'Eek', Ini Bahaya dan Dampaknya Bagi Tubuh
Dalam artikel berjudul "Why vaccination is safe and important" yang dilansir dari NHS (30 Maret 2021), disebutkan bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga infeksi virus tersebut bisa dihindarkan.
Sementara dalam wawancara dengan media pemerintah baru-baru ini Gao Fu juga menuturkan, China ingin memvaksinasi 70-80 % populasinya antara akhir 2021 sampai pertengahan 2022.
Baca Juga: 2 Hal Yang Harus Diketahui Penyandang Gangguan Jantung Tentang Vaksin Covid-19
Gao menambahkan bahwa opsi untuk mengatasi masalah kemanjuran vaksin Covid-19 adalah dengan mengganti dosis vaksin dari teknologi berbeda.
Pilihan juga sedang dipelajari oleh para pakar kesehatan di luar China.
Gao mengatakan, para ahli tidak boleh mengabaikan vaksin mRNA hanya karena sudah ada beberapa vaksinasi yang jalan di China.
Dia pun mendesak pengembangan lebih lanjut terkait ide tersebut.
Kantor berita AFP mewartakan, saat ini tidak ada vaksin mRNA yang beredar di pasar China, padahal teknologi itu dipakai oleh banyak perusahaan vaksin ternama seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Padahal empat vaksin yang telah disetujui secara bersyarat, tetapi tingkat kemanjurannya jauh di bawah Pfizer (95 %) dan Moderna (94 %).
Hasil uji coba vaksin Sinovac di Brasil menunjukkan sekitar 50 % kemanjuran dalam mencegah infeksi, dan 80 % ampuh mencegah kasus yang memerlukan penanganan medis.
Sementara itu vaksin Sinopharm memiliki tingkat kemanjuran masing-masing 79,34 % dan 72,51 %. Lalu vaksin CanSino keampuhannya 65,28 % mencegah Covid-19 setelah 28 hari. (*)
Baca Juga: Kenapa Penyintas Covid-19 yang Baru Sembuh Tidak Disarankan Suntik Vaksin, Ini Alasannya
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | NHS,Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar