GridHEALTH.id - Kecukupan kadar oksigen dalam darah manusia di masa pandemi Covid-19 saat ini menjadi familiar.
Kini banyak sekali orang yang menyebarkan informasi prihal saturasi oksigen, kadar oksigen dalam darah, hingga penggunaan oksimeter.
Baca Juga: Waspada Penipuan Tabung Oksigen di Media Sosial, Sudah Banyak Korbannya
Padahal hal itu semua awalnya awam di telinga masyarakat.
Dari sekian banyak informasi yang beredar dari sosial media juga pesan berantai yang kita terima di aplikasi chatting, semisal WhatApp, tidak semuanya bisa dipercaya dan bisa diikuti anjurannya.
Karenanya GridHEALTH.id kali ini mengulas secara sederhana dan singkat prihal kadar oksigen dalam darah.
Untuk diketahui, jika seseorang mengalami kadar oksigen dalam darah rendah, alias hipoksia biasanya menunjukkan gejala seperti:
* Sesak napas
* Sakit kepala
* Pusing
* Kebingungan
* Gelisah.
Jika hal ini sudah muncul, orang terdekat sudah harus waspada.
Kenapa, karena dalam kasus yang parah, jika otak mendapatkan lebih sedikit oksigen, sel-sel dapat mulai mati dalam kurun waktu lima menit saja.
Hal ini jika sudah terjadi sangat bisa sebabkan kerusakan otak, dan bahkan kematian.
Karenanya di masa pandemi Covid-19, baiknya setiap rumah memiliki alat oksimeter.
Terlebih jika di rumah tersebut ada lansia, manusia penyandang komorbid, dan ada yang sedang sakit.
Ketahuilah oksimeter ini merupakan perangkat kecil yang cara penggunaannya disematkan di ujung jari kita.
Menurut Lauren Ferrante, M.D, ahli paru di Yale Medicine, dikutip dari Insider, belilah oksimeter yang juga menampilkan gelombang atau garis, karena fitur ini dapat membantu menentukan akurasi pembacaan.
Baca Juga: Gary Iskak Divonis Hepatitis C, Pahami Gejala dan Cara Mencegahnya
Jika gelombang atau garisnya sampai ke atas, itu pertanda pembacaannya akurat.
Namun, jika gelombang atau garis tetap datar, atau setiap gelombang terlihat berbeda selama pembacaan, itu bisa menunjukkan bahwa oksimeter tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Penting diingat, ada hal-hal yang bisa memengaruhi kerja oksinometer menjadi salah atau tidak akurat.
Seperti cat kuku, kuku palsu, tato, pacar, atau bahkan perasaan dingin dapat membuat kerja alat oksimeter nadi lebih rendah daripada yang sebenarnya terjadi di tubuh.
Jadi, pastikan menggunakan jari tangan, jari kaki, atau daun telinga yang hangat dan tidak ada pewarna atau benda apapun yang menghalangi oksimometer bisa menempel dengan baik di kulit.
Baca Juga: Jangan Terlena, Diabetes Bisa Muncul di Usia Lanjut, Ini Gejalanya
Satu hal penting lagi, jika cara penggunaan oksinomet sudah benar dan sudah tepat memilih alat oksinometernya, saat melakukan pemeriksaan saat diri meresa sehat dan terpantau kadar oksigen secara konsisten di bawah 90% SpO2, Ferrante merekomendasikan segera pergi ke ruang gawat darurat.
Tingkat oksigen darah normal untuk orang dewasa atau anak yang sehat biasanya sekitar 95% hingga 100% SpO2.
Ketika SpO2 turun ke bawah 90-an atau lebih rendah, itu dapat menyebabkan kondisi yang disebut hipoksia, yaitu kadar oksigen dalam darah rendah.
Hal tersebut dapat merusak otak dan jantung, bahkan berakibat fatal.
Beberapa penyebab paling umum dari hipoksia adalah kondisi jantung dan paru-paru, termasuk juga penyakit jantung, sleep apnea, asma, bronkitis, emfisema, pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik (alias COPD), dan COVID-19.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar