GridHEALTH.id - Dalam beberapa waktu terakhir kasus Covid-19 di Indonesia tampak melandai.
Berdasarkan update terkahir laman covid19.go.id, hingga Rabu (1/9/2021) jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 189.571 kasus.
Jumlah kasus aktif ini dilaporkan berkurang 6.710 dari sehari sebelumnya.
Kasus aktif ini adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang menjalani perawatan.
Sementara itu, total kasus Covid-19 di Indonesia sendiri secara keseluruhan sudah mencapai 4.100.138 orang.
Jumlah tersebut didapatkan setelah ada penambahan sebanyak 10.337 kasus dalam 24 jam terakhir.
Kemudian, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah 16.394 orang, sehingga jumlahnya menjadi 3.776.891 orang.
Untuk kasus kematian Covid-19 ada penambahan 653 kasus, sehingga total pasien yang meninggal dunia sampai saat ini mencapai 133.676 jiwa.
Namun meski kasus Covid-19 tersebut mulai melandai, Indonesia nyatanya masih dianggap belum aman.
Hal itu seperti diungkap Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman yang dilansir dari Kontan.co.id (1/9/2021).
Menurutnya tren penurunan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia memang menjadi kabar yang baik.
Tetapi di sisi lain, kewaspadaan tetap harus dijaga karena kondisi pandemi di Indonesia tidak bisa diklaim sudah aman.
Apalagi, penurunan kasus Covid-19 acap kali terjadi karena jumlah tes dan telusur yang rendah.
Alhasil, angka positivity rate Covid-19 di tanah air masih terbilang tinggi atau jauh melampaui standar WHO yaitu maksimal 5%.
“Belum ada argumentasi yang meyakinkan bahwa Indonesia benar-benar dalam kondisi yang aman. Kita masih mengalami krisis,” ujar Dicky.
Ia menilai bahwa kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus terus dilakukan selama pandemi Covid-19 masih berlangsung di Indonesia.
Pasalnya keberadaan PPKM adalah untuk menjaga supaya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat tidak menjadi faktor yang memperburuk situasi pandemi.
Adanya sistem leveling pada kebijakan PPKM dinilai sudah tepat sesuai arahan WHO.
Hal yang terpenting saat ini adalah seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat harus berperan dalam penerapan 5M dan 3T secara konsisten agar level PPKM tersebut tidak meningkat lagi.
Dicky juga memperingatkan bahwa ancaman gelombang ketiga Covid-19 tetap ada.
Ini mengingat varian virus Corona terus berkembang dengan cepat, bahkan melampaui kecepatan vaksinasi di masyarakat.
“Kalau kita abai, bisa-bisa pandemi tidak terkendali lagi dan ini mengundang masalah besar ke depannya,” ujarnya.
Disisi lain, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius berpendapat, biar bagaimanapun kasus Covid-19 di Indonesia masih bisa berfluktuasi sehingga tidak bisa disimpulkan keadaan sudah aman.
Lantas, semua pihak harus terus meningkatkan kewaspadaan seperti disiplin protokol kesehatan dan terus mempercepat vaksinasi ke berbagai daerah.
Vidjongtius juga tetap menjalankan mayoritas kegiatannya dari dalam rumah untuk menghindari bahaya Covid-19 yang masih mengancam.
Hal ini bahkan dianggap sebagai bentuk kebiasaan baru di masa pandemi.
“Sistem hybrid WFO dan WFH sudah harus diterapkan sebagai bagian dari cara baru dalam bekerja,” tandasnya.(*)
Baca Juga: Alasan Kenapa Booster Vaksin Covid-19 Diperlukan di Indonesia
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Covid19.go.id,Kontan.co.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar