Pada ibu hamil, BPA dengan mudah masuk ke dalam rantai makanan antara ibu dan bayi.
Biasanya BPA ditemukan dalam urin, darah, tali pusar, maupun ASI.
"Janin dan bayi juga bisa terpapar BPA karena kalau pun mereka ngga mengonsumsi susu formula, dari tali pusar bisa kena (BPA) dan masuk, lalu bisa juga kalo dia minum ASI, ASInya perahan yang ditaro di dot juga bisa. Atau kalau menyusui (langsung), dan ibunya menggunakan banyak (benda) yang terkontaminasi BPA tanpa disadari," tutur Nia.
Dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irfan Dzakir Nugroho, Sp.A, M.Biomed mengatakan hal yang senada.
Menurutnya, BPA ditemukan di hampir semua anggota tubuh yang mungkin disebabkan masifnya penggunaan kemasan pangan.
Baca Juga: 2 Pakar Kesehatan Soroti dan Tegur Tegas Kaburnya Selebgram dari Tempat Karantina Covid-19
dr Irfan mengungkapkan ada lebih dari 130 studi yang melaporkan efek berbahaya dari BPA.
Beberapa di antaranya adalah dapat menyebabkan kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit saraf, dan obesitas.
BPA dapat memengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid.
Selain itu, paparan BPA yang berlebih dapat menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak.
"Pada usia dewasa atau usia produktif BPA bisa memengaruhi produktivitas dan bisa juga menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan. Dan juga menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik," ungkap dr Irfan.
Baca Juga: Beralih ke Kemasan Daur Ulang, MInum Air Kini Jadi Lebih Ramah LIngkungan
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar