Ia sebelumnya memublikasikan penelitian tersebut di Twitter. Ciesek menulis di Twitter bahwa pengembangan suntikan booster menargetkan Omicron cukup masuk akal.
"Data yang ada tidak dapat menjelaskan, apakah mereka yang terinfeksi masih terlindungi dari kasus yang parah," kata Sihal.
Penurunan antibodi sampai 25 kali terhadap varian omicron juga ditemukan dari sebuah studi terpisah yang dilakukan di Institut Karolinska Stockholm.
Namun, ada variasi besar di seluruh penelitian, yakni beberapa orang mengalami sedikit perubahan pada tingkat antibodi. Dengan menguji sampel darah dari 34 orang, para peneliti mencatat bahwa riwayat paparan sebelumnya adalah kunci efektivitas vaksin.
Masih ada lagi studi terbaru yang menemukan penurunan antibodi sekitar 25 kali terhadap omicron. Studi terbaru tersebut dilakukan pembuat obat Pfizer dan BioNTech. Perusahaan mencatat, studi menunjukkan dua dosis saja mungkin tidak cukup untuk melindungi terhadap infeksi varian baru.(*)
Baca Juga: 'Gangren Basah' Pada Penyandang Diabetes Bisa Menyebabkan Amputasi
Source | : | Kompas.com,mediaindonesia.com,Republika,kontan,Homecare24 |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar