GridHEALTH.id - Di zaman milenial seperti saat ini, masih saja di antara kita mempercayai mitos yang tidak berfaedah.
Mitos masa nifas salah satu mitos yang paling banyak diikuti dan dipercaya hingga saat ini. Padahal itu jelas-jelas unfaedah.
Karena unfaedah jadinya jika dilakukan merugikan.
Mitos-mitos tersebut dipercaya kara miskinnya pengetahuan kita prihal masa nifas.
Mau bukti?
Berikut adalah aneka mitos yang masih banyak dilakukan hingga saat ini.
1. Mitos larangan makan ikan, telur dan daging
Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang mengalami jahitan.
Ingat, telur, juga daging justru kaya protein yang dibutuhkan.
Baca Juga: Susah BAK dan BAB, Dua Keluhan Utama Pasca Bersalin, Ini Solusinya
Protein itu zat pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka.
Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi.
Selain itu makanan kaya protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI.
Jadi ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada.
Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari.
Bila memang alergi jenis protein tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang kacangan.
Baca Juga: Perusahaan di Swedia Kembangkan Implan Chip Covid-19 Tersembunyi
2. Mitos larangan makan yang berkuah dan tak boleh banyak minum air putih
Pernyataan ini keliru sekali. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak cairan terutama mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, untuk pembentukan ASI.
Bila cairan tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan cairan, mengalami panas dan produksi ASI sedikit.
Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup kurang lebih 8 gelas sehari disertai dengan asupan susu maupun jus buah.
Baca Juga: 3 Penyebab Sakit Saat Duduk, Bisa Sebuah Gejala Kondisi Serius
Bila setiap selesai minum ibu nifas akan sering buang air kecil justru lebih baik.
Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka jahitan jalan lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap buang air kecil, maka jahitan akan segera pulih.
Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada bagian tubuh yang lain misalnya pada tangan.
Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus, cukup kuat dan benangnya akan menyatu dengan tubuh.
Sedangkan yang bagian luar (kulit) jahitan akan lepas sendiri lalu mengering.
Baca Juga: Obat Covid-19 Pertama Berbentuk Pil yang Disetujui FDA, Harganya?
3. Mitos larangan makan buah-buahan selama menyusui, bayi bisa diare
Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk menjaga kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap mutu ASI.
Jangan khawatir, mengkonsumsi buah tidak menyebabkan diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga memerlukan asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur untuk memperlancar buang air besar.
Justru buah penting bagi ibu di masa nifas. Sebab kebutuhan serat sangat penting untuk membantu proses pencernakan.
Baca Juga: Bimbang di Tengah Polemik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, Masyarakat....
Kadar vitamin dan air dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Misalnya, air jeruk, buah pisang dan pepaya.
Karena dari itu, sebaiknya ibu nifas selalu menyertakan menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit.
4. Mitos larangan makan terlalu banyak supaya tetap langsing
Pernyataan ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan.
Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat dibutuhkan untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi.
Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung lancar.
Langsing bukan dengan mengurangi makan pascabersalin, tetapi dengan melakukan senam nifas dan menyusui bayi secara ekslusif.
Dengan cara demikian, pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping kembali seperti saat sebelum hamil.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar