GridHEALTH.id - Servisitis adalah peradangan pada serviks (ujung rahim).
Peradangan akibat servisitis ini bisa bersifat akut ataupun kronis.
Menurut laman my.clevelandclinic.org (9/4/2014), servisitis merupakan kondisi yang sangat umum bagi wanita dewasa.
Terlebih bagi mereka yang memiliki perilaku seksual yang berisiko tinggi seperti sering gonta-ganti pasangan.
Wanita yang memiliki penyakit menular seksual, atau yang memiliki pasangan yang memiliki penyakit menular seksual, juga berisiko lebih tinggi untuk servisitis.
Namun, praktik seksual bukanlah satu-satunya penyebab kondisi tersebut.
Ada banyak penyebab servisitis. Servisitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi. Servisitis kronis lebih mungkin terjadi karena penyebab noninfeksi.
Baca Juga: Beda Gejala Kelamin Gonore Pada Pria dan Wanita, Bayi pun Berisiko
Infeksi dapat terjadi akibat masuknya bakteri staphylococcus atau streptococcus ke dalam rahim.
Penyakit menular seksual klamidia dan gonore juga merupakan penyebab signifikan servisitis.
Diperkirakan sebanyak 40 % kasus servisitis juga terkait dengan klamidia.
Selain itu, virus herpes simpleks, trikomonas, dan mikoplasma genitalium terkadang menjadi penyebab.
Penyebab servisitis yang tidak menular termasuk paparan bahan kimia atau iritasi mekanis.
Lantas, apa saja gejala servisitis?
Baca Juga: 7 Penyakit Infeksi Mulut Yang Paling Sering Terjadi dan Berisiko
Dilansir dari hopkinsmedicine.org, meskipun setiap wanita mungkin mengalami gejala yang berbeda, berikut ini adalah gejala servisitis yang paling umum:
- Keputihan bernanah (mengandung nanah)
- Sakit panggul
- Pendarahan di antara periode menstruasi atau setelah hubungan seksual
- Masalah kencing
Infeksi di dalam vagina mudah menular ke leher rahim. Kemudian jaringan serviks bisa meradang dan membentuk luka terbuka. Salah satu tanda awal dari hal ini adalah keputihan seperti nanah.
Gejala servisitis mungkin terlihat seperti kondisi lain atau masalah medis.
Karenanya jika wanita merasa mengalami gejala servisitis tersebut, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.(*)
Source | : | My.clevelandclinic.org,Hopkinsmedicine.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar