- Penyakit infeksi, seperti penyakit radang panggul (PID), atau infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia.
- Kekeringan vagina (vaginitis atrofi) yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi vagina setelah menopause.
- Kerusakan pada vagina, seperti robekan akibat persalinan, atau kekeringan atau gesekan saat berhubungan seks.
- Polip serviks atau endometrium (pertumbuhan jinak atau non-kanker di dalam rahim atau lapisan serviks).
- Ektropion serviks (juga dikenal sebagai erosi serviks), di mana ada area yang meradang di permukaan serviks.
Dalam kasus yang jarang terjadi, pendarahan setelah bersenggama bisa menjadi tanda kanker serviks atau vagina.
Karenanya jika khawatir karena mengalami pendarahan vagina setelah besenggama, mintalah saran dari dokter.
Baca Juga: Kelebihan Kursi Senggama Tantra Chair, Alat Bantu Seks yang Buat Sesi Bercinta Makin Hot
Sementara itu, untuk mencegah pendarahan setelah berhubungan intim, ada beberapa peruban gaya hidup yang bisa kita jalani.
Berikut diantaranya:
- pelumas sebelum dan selama berhubungan intim
- Tunggu sedikit lebih lama setelah periode Anda berakhir untuk mulai bersenggama lagi.
- Mintalah dokter menghilangkan polip serviks atau mengobati infeksi serviks.
- Lakukan lebih banyak foreplay sebelum penetrasi
- Cobalah senggama yang kurang agresif (*)
Baca Juga: Cara Mengetahui Masa Subur Sampai Ovulasi, Supaya Tok Cer Langsung Hamil
Source | : | Nhs.uk,Webmd |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar