Berikut kondisi ibu pada saat hamil tua yang tidak disarankan utuk melakukan hubungan seksual.
1. Pendarahan vagina
Setiap pendarahan yang terjadi pada trimester akhir harus selalu diperiksa oleh dokter atau bidan.
Jika ibu pernah mengalami pendarahan vagina, ibu harus mendapatkan persetujuan dari dokter sebelum melanjutkan aktivitas seksual karena seks dapat menyebabkan risiko lebih lanjut.
2. Air ketuban pecah
Begitu air ketuban pecah, perlindungan bayi didalam kandungan terhadap infeksi dan bakteri berkurang.
Sebagian besar ketuban akan pecah selama tahap pertama atau kedua persalinan, tetapi terkadang bisa pecah sebelum tanda-tanda persalinan lainnya.
Baca Juga: Puasa Berintim-intin Pasca Melahirkan Bukan 40 Hari, Tapi 90 Hari
Meski jarang, air bisa pecah sebelum 37 minggu. Karenanya hati-hati.
3. Serviks melebar
Jika ibu memiliki serviks yang lemah yang sudah mulai melebar terlalu cepat (insufisiensi serviks) baiknya hidari hubungan seks.
4. Muncul tanda kelahiran prematur
Hindari hubungan seks jika ibu memiliki tanda-tanda persalinan prematur, seperti keluarnya cairan lebih banyak dari biasanya, tekanan di daerah panggul, dan lebih dari empat kontraksi setiap jam.
5. Plasenta previa
Jika ibu memiliki kondisi yang dikenal sebagai plasenta previa, di mana letak plasenta sangat rendah di dalam rahim, menutupi leher rahim, yang menyebabkan perdarahan dan komplikasi lainnya.
Itulah beberapa kondisi ibu pada saat hamil tua yang tidak disarankan untuk melakukan hubungan seksual.(*)
Baca Juga: 13 Penyebab Wanita Merasa Sakit Perut Pasca Berhubungan Seks, Jangan Dibiarkan
Source | : | Mybabymanual.co.uk,Nhs.uk |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar