“Menemukan vaksin HIV telah terbukti menjadi tantangan ilmiah yang menakutkan. Dengan keberhasilan vaksin Covid-19 yang aman dan sangat efektif, kami mempunyai kesempatan yang menarik untuk mempelajari apakah teknologi mRNA dapat mencapai hasil yang serupa terhadap infeksi HIV,” kata Anthony S. Fauci, direktur M.D. NIAID.
Vaksin mRNA bekerja dengan mengirimkan potongan materi genetik yang menginstruksikan tubuh untuk membuat fragmen protein dari pantogen target, yang dikenal dan diingat oleh sistem kekebalan.
Sehingga ketika terpapar dan virus tersebut masuk ke tubuh, sistem kekebalan akan meningkatkan respon substantial.
Baca Juga: Pertanyaan Awam, Bisakah Sunat Pada Pria Mencegah HIV/AIDS?
Dipimpin oleh peneliti utama Jesse Clark, M.D., dari University of California Los Angeles dan Sharon Riddler, M.D., dari University of Pittsburgh, uji klinis ini diikuti oleh 19 orang dewasa berusia 18-55 tahun.
Para partisipan berasal dari 11 wilayah yang berbeda-beda, seperti New York, Philadelphia, Birmingham, Alabama, Boston, Los Angeles, Pittsburgh, Rochester New York, dan Seattle.
Mereka secara acak akan menerima salah satu dari tiga vaksin eskperimental (BG505 MD39.3 mRNA, BG505 MD39.3 gp151 mRNA, dan BG505 MD39.3 gp151 CD4KO mRNA).
Kelompok A akan menerima suntikan intramuscular 100 mikrogram kandidat vaksin HIV, dan akan mendapatkan dosis kedua enam bulan setelahnya.
Baca Juga: Mengenal Gejala HIV/AIDS Pada Mulut, Begini Cara Memastikannya
Para peserta menjalani evaluasi dua minggu setelah divaksin, untuk memastikan kriteria telah terpenuhi.
Sedangkan kelompok B, divaksin dengan 250 mikrogram vaksin HIV, yang juga akan diikuti dengan suntikan dua pada enam bulan setelah vaksinasi awal.
Pentingnya Vaksin HIV Bagi Kesehatan Dunia
Source | : | CDC,hiv.gov,nih.gov |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar