Nah, yang harus kita ingat dan lakukan saat anak batuk pilek, Menurut dr. Endah Citraresmi, SpA(K) saat ditemui Gridhealth.id di acara Pesat Jakarta 2019 pada Minggu (7/4/2019), tidak butuh antibiotik.
Antibiotik tidak dapat bekerja terhadap virus dan tidak akan menolong untuk meredakan sakit batuk pilek.
Batuk pilek biasa disebut juga dengan common cold atau selesema ini umumnya disebabkan oleh berbagai macam virus yang menyebar melalui udara dan kontak dengan orang yang sedang terjangkit.
Batuk merupakan refleks pertahanan tubuh terhadap gangguan yang ada di saluran pernapasan.
Baca Juga: Jumlah Anak Korban Covid-19 Bertambah, Jika Bapil Dilarang Masuk Sekolah
Saat kita mengalami batuk, biasanya lendir akan memenuhi hidung dan menyebabkan pilek dan hidung tersumbat.
Gejala yang timbul biasanya 1-3 hari setelah tertular virus dan biasanya menetap sekitar 1 minggu sampai 2 minggu.
Tanda dan gejala yang terjadi pada penderita selesma ini, diantaranya:
- Bersin.
- Hidung tersumbat.
- Batuk.
- lendir mengalir ke tenggorokan (post nasal drip).
- Mata berair.
- Sakit kepala ringan.
Baca Juga: Healthy Move, 9 Latihan Untuk Membantu Meningkatkan Ukuran Payudara
- Sakit badan ringan.
Gejala ini diawali dengan lendir berwarna bening seperti air, berubah warna menjadi putih, kuning, hingga hijau yang menandakan akan sembuh.
Untuk mencegah terjadinya sakit batuk pilek yang berulang, kita perlu melakukan:
- Menjaga kesebersihan lingkungan tempat tinggal.
- Rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
- Menghindari kontak dengan orang yang mengalami batuk pilek.
Namun jika sakit batuk pilek ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan tak kunjung reda walau sudah mengonsumsi obat pereda gejala, segera lakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter.
Sebagai informasi, kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan. Data teranyar pada 28 Juli 2022, kasus Covid-19 di Indonesia meningkat 6.353 dalam 24 jam.
Kumulatif kasus Covid-19 kini berada di angka 6.191.664 dengan perincian 46.655 kasus aktif, 5.988.052 sembuh, dan 156.957 meninggal dunia.(*)
Baca Juga: Endometriosis Berisiko Meningkatkan Stroke Berdasarkan Studi Terbaru
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar