GridHEALTH.id - Penis merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi dari pria yang berada di luar.
Terdapat tiga bagian penyusun dari penis, yaitu akar (bagian ujung yang menempel pada dinding perut), batang/tubuh, dan kepala/glans, yang masing-masing saling berkaitan satu sama lain.
Dalam beberapa kasus ada beberapa orang yang memiliki kelainan pada penis dan dapat mempengaruhi sistem kerja penis dan tidak jarang kelainan pada penis dapat mempengaruhi fungsi seksual dan kesuburan seorang pria.
Berikut ini ulasan mengenai kelainan-kelainan yang ditemui pada penis pria:
Priapisme - Kelainan pada penis ini berbentuk persisten dan menimbulkan rasa sakit minimal hingga lebih dari 4 jam.
Penyakit priapisme ini berkaitan dengan darah yang mengalir ke penis tetapi tidak dikeringkan dan biasanya akan dilakukan pengobatan akan melibatkan penyumbatan sementara pada cabang arteri yang menuju penis.
Peyronie - Peyronie juga menjadi kelainan pada penis selanjutnya, yang ditandai dengan adanya plak atau benjolan keras pada penis dan menyebabkan penis melengkung atau bengkok.
Dalam kasus kelainan penis berbentuk peyronie ini maka cara pemgobatannya bisa dengan pembedahan ataupun non-bedah, dengan memberikan obat secara langsung pada bagian kepala penis.
Phimosis - Kelainan pada penis berikutnya adalah phimosis, sebuah keadaan di mana keapala penis atau glans tidak dapat di tarik ke belakang akibat dari kulup sangat kencang, umumnya terjadi pada pria yang belum disunat.
Baca Juga: 8 Makanan Ramah Penis untuk Meningkatkan Testoteron, Sperma dan Ereksi Tahan Lama
Pengobatan yang diterapkan untuk kondisi ini adalah pemberian obat dan peregangan manual yang lembut untuk memberi kesempatan kulup kembali longgar, jika tidak berhasil maka akan diadakan operasi pengangkatan kulup.
Paraphimosis - Kondisi kelainan pada penis selanjutnya adalah paraphimosis, yaitu kondisi di mana kulup atau glans yang ditarik ke belakang justru tersangkut di belakang kepala dan tidak dapat kembali ke posisi awal dan kelainan ini harus segera diobati agar tidak menyebabkan komplikasi serius.
Source | : | WebMD,my.clevelandclinic.org |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar