GridHEALTH.id - Mengagetkan memang ada 52 anak terinfeksi HIV/AIDS dan 42 diantaranya remaja.
Anak-anak Indonesia tersebut bisa terinfeksi HIV/AIDS bukan salah mereka.
Mereka menjadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) karena turunan.
Ya, mereka terinfeksi virus yang belum ada obatnya hingga saat ini sejak dilahirkan ke bumi.
Jadi mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus menerimanya.
52 anak tersebut adalah anak-anak Indonesia di Tulungagung, Jawa Timur.
"Mayoritas anak berstatus ODHA (orang dengan HIV/AIDS) ini tertular dari ibunya sejak masih dalam kandungan," kata Sekretaris KPA Tulungagung Ifada Nur Rohmania di Tulungagung, Senin.
Sebenarnya sejak 2015, KPA Tulungagung sudah mengadopsi program Prevention Mother to Child Transmission of HIV atau PMTCT.
Program ini menyasar kepada ODHA dari kelompok ibu rumah tangga atau berjenis kelamin perempuan, sebagai upaya meminimalkan risiko penularan HIV/AIDS pada janin saat penderita menjalani program kehamilan.
Baca Juga: Inilah Ciri Anak dan Bayi yang Berisiko Tinggi Terinfeksi Cacar Monyet
Tapi, "Program PMTCT di Tulungagung baru ada 2015. Sedangkan kebanyakan anak dan remaja yang terjangkit HIV/AIDS lahir sebelum 2015. Artinya, belum ada program tersebut," lanjutnya, dilansir dari Antara.com (1/08/2022).
Kini melansir Surya.co.id (1/08/2022), 52 anak tersebut dipantau dan mereka taat mengonsumsi Antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus dalam tubuh.
Mereka semua sehat dan tumbuh layaknya anak seusia mereka.
"Memang ada kendala untuk memberi penjelasan bahwa mereka mengidap HIV. Utamanya faktor psikologi," sambung Ifada, yang juga mengatakan, karenanya ARV yang wajib diminum setiap hari, disamarkan sebagai vitamin.
Ada pula orang tua yang bersikap terbuka pada anaknya dan memberi pengertian.
Kendala lainnya, anak-anak ini tidak bebas mengambil ARV.
Berbeda dengan pasien dewasa yang bisa mengambil ARV di puskesmas, mereka harus mengambil ARV di Poli Anak RSUD dr Iskak Tulungagung.
Tujuannya utamanya untuk kebaikan pasien, seperti memantau tumbuh kembang anak-anak yang mengidap HIV.
Selain itu, anak-anak ini wajib datang, tidak boleh diwakilkan seperti pasien dewasa.
Baca Juga: Virus Machupo dalam Parsetamol Kembaili Viral, Pakar Farmasi UGM Beberkan Fakta Sebenarnya
"Karena itu KPA bersama Dinas Kesehatan tengah memikirkan solusi, agar anak-anak ini lebih dimudahkan menjangkau ARV," ujar Ifada.
Selain itu, mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke anaknya, KPA bersama Dinas Kesehatan menggalakkan screening.
Para ibu hamil diwajibkan tes HIV/AIDS di Posyandu, bidan maupun rumah sakit swasta tempatnya memeriksakan diri
Jika ada ibu hamil positif HIV/AIDS, mereka diwajibkan mengonsumsi ARV agar jumlah virus ditekan hingga tidak menular ke janin yang dikandungnya. Hal ini juga berlaku pada ibu positif HIV/AIDS yang akan program hamil.
Mereka wajib mengonsumsi ARV hingga virus dalam tubuhnya tak terdeteksi.
ARV wajib dikomsumsi seumur hidup, sebab jika berhenti maka virus akan kembali muncul.
"Jika sudah rutin mengonsumsi ARV, maka janin yang dikandungnya aman. Tidak akan tertular HIV dari ibunya," pungkas Ifada.(*)
Baca Juga: Temukan Benjolan Merah di Vagina Mirip Jerawat? Ini 4 Penyebab dan Cara Mencegahnya
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar