GridHEALTH.id - Indonesia hingga saat ini masih dinyatakan hanya memiliki satu kasus cacar monyet.
Kondisi pasien pun sudah dinyatakan membaik oleh Kementrian Kesehatan RI, namun tetap masih menunggu 21 hari isolasi mandiri.
"Kasus satu positif ini kabarnya sudah membaik dan tetapi tetap kita isolasi dulu karena masih 21 hari," kata Juru Bicara Kemenkes RI, dr. Syahril saat ditemui di Gedung PB IDI Dr R Soeharto, Jakarta Pusat pada Selasa (30/08/2022).
Isolasi mandiri untuk cacar monyet dilakukan selama 21 hari karena disesuaikan dengan masa inkubasi dari penyakit cacar monyet.
Dihitung dari kemunculan gejala klinisnya, pasien cacar monyet pertama di Indonesia ini sudah memasuki hari ke-15.
Gejala klinis yang dimaksud seperti demam dan mulai munculnya lesi pada kulit.
Evaluasi klinis terhadap pasien cacar monyet terus dilakukan untuk memantau kondisinya hingga dinyatakan sembuh.
Ciri Sembuh dari Cacar Monyet
Dijelaskan juga oleh dr. Syahril, seseorang disebut telah sembuh dari cacar monyet jika sudah menunjukkan adanya cacar yang mengering, mengelupas, hingga tumbuh kulit baru.
Tidak demam dan tidak ada pembesar juga menjadi syarat lainnya seseorang dinyatakan sembuh dari cacar monyet.
"Tidak perlu pake PCR seperti Covid, kalau Covid pakai PCR ulang kan ya, kecuali dia dirawat di RS seperti Covid berat itu, boleh dites PCR," sambung dr. Syahril.
Indonesia sendiri hingga saat ini belum memiliki penambahan kasus cacar monyet.
Berdasarkan hasil tracing kontak erat keluarga pasien cacar monyet disebutkan sudah ada lima orang keluarganya yang diperiksa dan semuanya dinyatakan aman.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan, mengenai kontak erat dengan pasien cacar monyet.
Kasus Baru Cacar Monyet di Indonesia
Sedangkan berdasarkan informasi terbaru ada satu pasien suspek cacar monyet yang masih menunggu hasil dan tidak terkait dengan pasien pertama cacar monyet di Indonesia.
"Di Sulawesi Selatan, sepertinya Makassar dan tidak terkait dengan kasus cacar monyet yang pertama," kata dr. Syahril menjawab lokasi pasien suspek cacar monyet terbaru.
Kasus suspek terbaru ini bukan merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) dan dinyatakan suspek karena ada banyak gejala yang mirip dengan cacar monyet.
Hasil PCR yang akan menyatakan positif atau tidaknya seseorang terkena cacar monyet dan bukan penyakit cacar lainnya.
"Jadi gini, kenapa suspek, karena cacar banyak yang tersamar, scabies, cacar air, kemudian herpes itu sama gejalanya sehingga harus dilakukan pemeriksaan PCR," lanjut dr. Syahril.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, dr. Syahril menyebutkan, total Indonesia telah memeriksa sebanyak 38 kasus dengan status discarded dan satu kasus terkonfirmasi positif cacar monyet.
Pemerintah masih terus bersiap dengan kemungkinan munculnya kasus baru dari cacar monyet, meskipun kondisi pasien pertama sudah membaik dan menunggu isolasi mandiri selama 21 hari.
Akan tetapi saat ditanyai mengenai kemungkinan untuk memperketat pintu masuk darat maupun laut, dr Syahril menjawab bahwa penyakit cacar monyet hanya bisa diketahui dari termal screener dan data riwayat perjalanan seseorang, berbeda dengan Covid-19 yang bisa dilakukan pengetatan di pintu masuk negara.
"Jad gini ya, beda sama Covid, kalau Covid dengan pengetatan semua orang dari negara itu bisa dilakukan antigen, bisa PCR gitu ya, dan dikarantina, tapi kalau ini tidak bisa. Karenanya pengetatannya dari suhu dulu, termal screener, yang kedua dari dukungan riwayat perjalanan," tutup dr. Syahril.(*)
Source | : | Liputan Lapangan dalam Rangka Peresmian Nama Gedung IDI Menj |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar