Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal.
Dengan pengobatan yang tepat, pasien dapat menjalani kehidupan normal dengan sedikit keterbatasan.
Terapi pada kasus hidrosefalus, melansir artikel yang ditulis oleh dr. I Gde Anom Ananta, Sp.BS, dokter Spesialis Bedah Saraf RS EMC Tangerang, di laman emc.id (8/02/2022), biasanya melibatkan pembedahan untuk memasukkan shunt.
Shunt adalah tabung plastik yang fleksibel namun kokoh. Shunt berfungsi memindahkan cairan serebrospinal ke area lain dari tubuh di mana ia dapat diserap secara permanen.
Terapi lainnya yang bisa dilakukan adalah ventrikulostomi.
Prosedurnya hampir sama dengan shunt, namun tanpa memasang alat permanen, melainkan hanya dengan selang keluar kepala untuk mengalirkan cairan serebrospinal secara sementara.
Atau dengan menggunakan endoscopy untuk menghubungkan rongga-rongga cairan di dalam otak.
Penyebab Hidrosefalus
Untuk diketahui, hidrosefalus bisa merupakan kondisi bawaan. Penyebabnya antara lain gangguan genetik dan masalah dalam perkembangan janin akibat malnutrisi atau infeksi selama kehamilan.
Baca Juga: P2PTM Kemenkes Ingatkan Ancaman PPOK Seiring Peningkatan Perokok di Indonesia
Infeksi yang paling sering antara lain cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma.
Sementara masalah malnutrisi berupa kekurangan asam folat.
Hidrosefalus juga bisa terjadi setelah lahir atau pada usia dewasa. Hal ini disebut sebagai hidrosefalus yang didapat, penyebabnya bisa termasuk; cedera kepala, stroke, infeksi, tumor.
Source | : | KompastV-hidrosefalus,EMC-hidrosefalus |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar