GridHEALTH.id – Persoalan tentang kandungan bisfenol A atau BPA dalam kemasan plastik dan dampaknya bagi konsumen, masih jadi perdebatan.
BPA merupakan salah satu senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat atau PC.
Melansir laman American Council on Science and Health, plastik polikarbonat mempunyai sifat yang ringan, tahan lama, tidak mudah pecah, dan tahan panas. Sehingga, bisa digunakan untuk berbagai macam hal.
Di kehidupan sehari-hari, plastik polikarbonat yang mengandung BPA bisa ditemukan dalam bentuk botol air minum, botol susu bayi, galon isi ulang, hingga wadah makanan.
Mitos dan fakta tentang BPA
Informasi yang beredar, membuat masyarakat merasa bingung dengan senyawa BPA yang ditemukan dalam plastik polikarbonat. Apakah memang benar-benar berbahaya atau aman bagi kesehatan?
Dilansir dari factsaboutbpa.org, berikut ini adalah beberapa fakta dan mitos seputar BPA yang belakangan berkembang di masyarakat.
* Paparan BPA membahayakan ibu hamil dan janin
Mitos: Paparan BPA pada produk pangan, dapat menimbulkan efek buruk bagi ibu hamil dan janin yang dikandung. MIsalnya saja mengganggu perkembangan otak bayi.
Fakta: Sampai saat ini, paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi semua kelompok usia, menurut beberapa lembaga kesehatan seperti FDA dan Health Canada.
Studi yang dilakukan oleh Health Canada pada 2014 menemukan bahwa paparan BPA pada wanita hamil seribu kali lebih rendah dibandingkan batas aman yang telah ditetapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari FDA, Johns Hopkins Medicine, hingga CDC juga menyebutkan bahwa ibu hamil, bayi yang lahir premature, dan bayi yang usianya masih harian mampu menghilangkan BPA dari tubuh.
* Produk BPA-free lebih aman
Mitos: Munculnya isu bahaya kandungan BPA pada plastik kemasan, menimbulkan pemikiran bahwa kemasan tanpa BPA lebih aman untuk kesehatan.
Fakta: Belum ada bukti dasar ilmiah yang mengatakan bahwa produk BPA-Free lebih aman daripada yang mengandung BPA. Klaim “bebas” hanya digunakan untuk menunjukkan bahwa produk tersebut tidak memiliki kandungan BPA.
Komisi Perdagangan Federal AS, memperingatkan bahwa klaim bebas BPA dapat membuat konsumen keliru dan beranggapan bahwa produsen telah menghilangkan subtansinya.
FDA menegaskan bahwa penggunaan BPA dalam kemasan dan wadah makanan aman, serta paparan senyawa tersebut pada tingkat yang sangat rendah adalah aman.
* Zat BPA akan terserap oleh tubuh
Mitos: Bila tubuh kemasukkan zat BPA dari produk pangan yang dikemas menggunakan polikarbonat, maka senyawa kimia tersebut tidak bisa diproses dengan baik.
Fakta: Tubuh ternyata mampu memproses BPA. Riset yang dilakukan menunjukkan bahwa BPA hilang dari tubuh dalam kurun waktu 24 jam setelah tertelah, bahkan ketika paparan lebih tinggi dari rata-rata.
Saat tertelan, sebagian besar BPA akan terserap melalui dinding usus dan diubah menjadi zat yang tidak diketahui aktivitas biologisnya. Artinya, zat tersebut tidak menyebabkan interaksi apa pun di dalam tubuh.
Sisa BPA yang tidak diubah melalui usus, kemudian akan menjadi senyawa biologis tidak aktif yang sama di hati.
Baca Juga: Benarkah Air Kemasan Plastik PET Lebih Baik dari Polikarbonat?
Senyawa yang tidak aktif tersebut, akan dengan cepat dihilangkan dari tubuh saat buang air kecil. Proses pehilangan BPA dari tubuh ini, dapat dilakukan oleh semua orang dari kelompok usia berapapun.
Itulah beberapa mitos dan fakta seputar kandungan BPA di plastik kemasan. Selagi digunakan sesuai dengan peruntukannya, kesehatan akan terjaga. (*)
Baca Juga: Pelebelan BPA, Faktanya Potensi Membahayakan Kesehatan Kecil
Source | : | Factsaboutbpa.org,American Council on Science and Health |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar