GridHEALTH.id - Pada 2022 saat dunia dikungkung pandemi COVID-19, cacar monyet alias MonkeyPox membuat gempar dan ketakutan masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Kini kasusnya mereda dan seakan hilang, karema media tidak lagi gencar memberitakannya.
Malah nanti MonkeyPox tidak ada lagi, kini adanya Mpox, sudah resmi dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Awal pekan kemarin WHO mengumumkan nama mpox akan diadopsi secara luas oleh dokter, badan kesehatan masyarakat, serta lainnya secara bertahap.
Kampanye untuk mengganti nama cacar monyet akan dimulai awal tahun depan.
Baca Juga: Cara Cepat Menurunkan Diabetes, Cegah Kondisi Serius Mengancam Nyawa
Penggantian nama semata atau ada hal lainnya?
Perubahan nama tersebut dipicu kritik dari para ilmuwan terhadap nama monkeypox yang menurut mereka sudah tak akurat dan berpotensi menstigmatisasi.
Pada awal Juni lalu, sekelompok ilmuwan international menulis makalah yang isinya memperdebatkan soal penamaan MonkeyPox.
Setelah itu WHO langsung meresponnya, mengutip Gizmodo, Selasa (29/11/2022).
nama MonkeyPox sendiri dilatar belakangi karena pertama kali ditemukan pada sekelompok monyet percobaan yang diimpor dari Afrika.
Baca Juga: Cara Cepat Menurunkan Diabetes, Cegah Kondisi Serius Mengancam Nyawa
Tapi pada kenyataannya, hewan pengerat dianggap sebagai hewan inang utama dari virus tersebut, bukan primata.
Karenanya para ilmuwan yang tak menyetujui penamaan monkeypox berpendapat bahwa cacar monyet kemudian menjadi identik dengan penyakit Afrika, dengan mengacu pada kelompok yang berbeda atau clade dari virus berdasarkan wilayah benua tempat mereka pertama kali ditemukan.
Nah, hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan WHO mengganti nama monkeypox menjadi mpox.
Perubahan nama menjadi mpox, menurut WHO, juga akan lebih mudah diadopsi secara luas dalam berbagai bahasa.
Perubahan nama ini juga akan dimasukkan ke International Classifi cation of Disease (ICD), sebuah buku kode yang dikelola oleh WHO yang digunakan di seluruh dunia untuk tujuan diagnostik.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar